Assalamualaikum, selamat pagi gengs.
Sudahkah membaca buku atau koran digital hari ini? Informasi apa yang kamu dapatkan? Sedikit banyak paragraf yang kita baca, akan memberi wawasan pada kita. Entah berguna untuk hari ini, esok atau nanti.
Awal Mula Interaksi dengan Literasi Digital
Kalau saya, pagi ini sedang membaca jurnal-jurnal untuk melengkapi tinjauan pustaka tesis saya. Hal ini dikarenakan saya harus setor naskah kepada dosen pembimbing dan dosen penguji. Hmm, mau nggak mau materi yang saya baca hari ini cukup berat ya.
Membaca materi yang cukup berat akan tetap terasa ringan apabila kita terbiasa membaca setiap hari. Alhamdulillah, kebiasaan membaca buku telah saya lakukan sedari dini. Gara-gara sering melihat Ayah membaca buku, saya jadi ikutan membaca buku.
Selain itu, kesempatan adanya Taman Baca Masyarakat (TBM) di dekat rumah, membuat saya menghabiskan masa SD dan SMP saya untuk membaca buku. Seakan-akan saya menemukan harta karun terbesar bila berada di TBM maupun perpustakaan.
Namun saat SMA, rupanya saya sudah cukup jauh dari buku. Rumah yang berpindah membuat saya kesulitan mengakses buku di TBM. Selain itu, keberadaan blog yang sangat ramai kala itu, mampu membuat saya berpindah haluan untuk membaca artikel di blog.
Menurut saya, itu nggak masalah. Toh, saya tetap membaca. Banyak artikel teman-teman blogger yang memberikan wawasan kepada saya. Selain itu, saya juga bisa menjalin silaturahmi langsung dengan para penulisnya.
Rupanya hobi baru yang saya dapatkan ketika SMA ini merupakan salah satu contoh bentuk literasi digital.
Iya, literasi digital.
Apa yang Dimaksud dengan Literasi Digital?
Mungkin banyak yang belum tahu dan paham mengenai makna literasi digital. Kalau begitu, mari kita uraikan satu per satu definisi literasi dan digital menurut KBBI.
- Literasi = kemampuan menulis dan membaca; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup
- Digital = berhubungan dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran.
Namun pemaknaan literasi digital tidak sesederhana itu.
Kemkominfo mendefinisikan literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat (sumber: kompas.com).
Sederhananya, kita membaca dan mendapatkan informasi dari teknologi digital untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi bekal kita dalam berkomunikasi, berdiskusi, memberi pertolongan, menyampaikan pendapat, dan sebagainya.
Apalagi kini gempuran teknologi semakin kuat. Laptop dan smartphone yang siap sedia berada di sisi kita, memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan berita dan informasi yang disajikan secara hangat. Informasi bisa kita dapatkan dengan mudah, hanya dengan sekali klik.
Bahkan kita bisa memanfaatkan fitur “search” untuk mendapatkan berita yang kita ingin baca tanpa perlu repot-repot membuka halaman demi halaman bila kita mencarinya di sebuah buku atau koran.
Sekarang semua serba praktis dan instan, lalu apa susahnya? Mengapa minat baca kita masih rendah?
Minat Baca Orang Indonesia yang Masih Rendah
Rupanya, minat baca orang Indonesia yang masih rendah bukanlah isapan jempol belaka. Menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang artinya adalah hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang rajin membaca. Lalu 999 lainnya ke mana?
Mari kita coba jawab: nge-game, Tiktok-an, nongkrong sama teman, dan sebagainya.
Sebenarnya sah-sah saja kegiatan atau hobi itu dilakukan. Hanya saja, iringi dengan membaca buku atau berita meskipun hanya 10-30 menit sehari.
Tujuan Literasi Digital
Literasi digital dihadirkan tidak serta merta hanya untuk keren-kerenan program pemerintah semata. Melainkan ajakan nyata untuk bersama-sama menjadi pribadi yang cerdas demi melahirkan generasi emas 2045.
Berikut ini saya rangkumkan tujuan literasi digital:
- Menambah wawasan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
- Menjadi rem atau seleksi alami untuk menghindari kegiatan yang kurang bermanfaat
- Membuat warga lebih cermat dan selektif untuk menghadapi hoaks dan berita bohong
Smartphone kita itu sudah pintar, namun jangan sampai kita kalah cerdas dengan benda mati itu. Mari padukan akal dan teknologi secara cermat untuk membuat diri ini cerdas dalam bertindak.
Bagaimana Cara Menerapkan Literasi Digital?
Kita sudah sama-sama tahu bahwa minat baca di Indonesia rendah. Lalu bagaimana cara meningkatkan minat baca tersebut? Bagaimana cara menerapkan literasi digital? Harus dimulai dari mana?
Mari kita bahas satu per satu secara pelan-pelan.
Setiap tindakan, usahakan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Apakah kita sudah rajin membaca setiap hari? Tidak harus membaca buku fisik. Kita bisa membaca berita harian di internet, tips memasak di Facebook, cara pengaplikasian skincare yang tepat dari Youtube, dan sebagainya.
Yang perlu dilakukan adalah cermat dalam memilih literasi. Gumamkan pertanyaan: informasi apa saja yang harus kita dapatkan?
Tak hanya itu, kita juga harus pandai-pandai menyaring informasi yang benar dan tepat untuk menghindari hoaks. Gumamkan pertanyaan: ini infonya bener? Kalau sekali ragu, atau timbul tanda tanya, langsung saja cari informasi lain dari sumber terpercaya. Sederhananya, jangan telan informasi mentah-mentah apabila itu bukan dari pakar.
Setelah kita mendapatkan informasi, lalu apa yang bisa kita lakukan? Hal yang harus kita lakukan adalah menyebarluaskan informasi tersebut. Jangan simpan sendiri informasi tersebut.
Tentu saja, penyebar luasan informasi tidak harus dilakukan pada saat itu juga. Boleh kita simpan dulu, lalu disampaikan apabila ada sesuatu yang genting.
Atau kalau kita adalah seorang influencer yang rajin membuat instastory, boleh tuh bila kita membagi hal-hal yang kita tahu kepada para followers. Kita menyampaikan dengan bahasa pribadi, sehingga informasi lebih mudah dipahami.
Secara tidak langsung, kita telah menabung pahala jariah atas informasi berharga yang telah kita sebar. Bisa jadi, informasi tersebut membuat seseorang tergerak untuk melakukan kebaikan sehingga memberikan ladang pahala yang tak pernah kita sangka-sangka.
Cara Saya Menerapkan Literasi Digital
Cara saya menerapkan literasi digital ini sederhana banget kok. Sambil goler-goler di kasur, biasanya saya membuka smartphone untuk mencari tahu sesuatu. Mencari informasi terupdate dengan memantau trending topic di Twitter. Mendapatkan tips ngeblog yang dibagikan oleh teman-teman blogger di Facebook.
Saya sering juga tenggelam dalam tulisan teman-teman blogger yang bercerita tentang keluarganya, petualangannya, pengalamannya, dan sebagainya. Salah satu blogger yang tulisannya saya ikuti adalah Kak Gemaulani. Coba deh, kamu mampir juga ke sana, Inshaa Allah banyak wawasan yang kamu dapat, utamanya seputar kesehatan.
Usai mendapatkan informasi atau wawasan tersebut, biasanya saya berbagi cerita dengan kerabat, entah teman, keluarga ataupun mas pacar, hoho. Senangnya, seringkali mereka juga membaca berita yang sama dengan saya sehingga kita satu frekuensi saat ngobrol. Bisa saling memberikan pandangan atas topik yang sedang dibahas.
Secara tidak langsung, hal ini membuat saya mensintesis, menelaah, mengkaji dan mencoba mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Meskipun tidak semua ada solusinya karena keterbatasan akademis, namun terselip hal-hal kecil yang secara tidak langsung telah menjadi solusi.
Misalkan, musibah pesawat Sriwijaya Air yang baru terjadi beberapa hari lalu. Terjadinya peristiwa tersebut tidak lantas membuat saya bertindak nyata untuk turun langsung ke lokasi atau menciptakan solusi agar tidak terjadi kejadian serupa.
Melainkan ada sentilan sedikit bagi saya untuk tetap ingat bahwa musibah bisa datang kapan saja, di mana saja dan dengan kendaraan apa saja. Mati tidak menunggu hari ini atau esok. Mati tidak menunggu kita naik kendaraan apa atau menunggu kejadian bencana tsunami. Mati itu dekat dengan kita. Sedekat kita dengan urat nadi.
Ya, itulah contoh penerapan literasi digital yang saya lakukan. Yang jelas, pengaruh literasi digital itu berbeda-beda setiap orang. Ada yang mengkajinya secara teknis, agamis, historis hingga turun tangan langsung. Mari kita sesuaikan dengan kapasitas masing-masing.
Nah, itulah cara saya dalam menerapkan literasi digital. Kalau kamu, bagaimana? Saya tunggu di kolom komentar ya.
Terima kasih
Wassalamualaikum wr wb.
Sedih banget tahu dengan kecelakaan pesawat kemaren, jangankan yang memang belum ngeh cara bermedsos dengan bijak ya, yang udah ngertipun kebablasan rasanya.
BalasHapusMisal, banyak yang protes, bagaimana nggak sopannya media meliput kecelakaan tersebut, dengan menjelaskan dengan gamblang tentang berita yang jangankan keluarga korban, kita yang dengar aja udah mencelos hati.
Tapi, sayangnya, video maupun gambar gitu itu diupload juga, lah kan sama aja tuh makin menyebarkan.
Itu lah penting banget yang namanya literasi digital dengan bijak
benar sekali kak, literasi digital itu penting
BalasHapusklo aq selalu menerapkan saring sebelum sharing
cek dulu kebenaran beritanya
betul, kadang suka kesel pas bikin caption di IG eh komen org suka gak nyambung,,,hmmmm syedih aku tuh
BalasHapusAwalnya aku ngira literasi itu sebatas baca dan tulis, ternyata pengertiannyaluas ya termasuk literasi digital
BalasHapusYappp, Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai literasi digital.
BalasHapusPara ortu juga harus berperan aktif untuk mendidik anak, termasuk dalam hal literasi digital
Semangattt buat kita semuaaa!
Nah tentang kecelakaan, ada banyak sekali akun2 yang tiba-tiba menjadi jurnalis dadakan tanpa etika. Kok tanpa etika? Ya karena mereka menulis ambil dari berbagai sumber tapi hanya memberikan cuplikan. Ada pula yang memberikan foto korban. Sudah saatnya kita lebih sadar etika dalam literasi digital ya kak. Apalagi minta baca di negeri ini rendah. Informasi yg sepenggal bisa memicu kecemasan
BalasHapusBetul ki..
BalasHapusLiterasi emang penting bgt ben wawasane luas..
Aku tahub 2021 juga menguji diri untuk lebih baik ada target membaca. Aku patokin 10 artikel/hari.. ya artikel apa aja. Semoga lama2 terbiasa dan harapannya juga memperkaya info dan kosakata.. 😂
BalasHapusIya benar sekali. Kita harus tidak gampang menerima hoaks.
BalasHapusMenurut saya biasanya kalo ada berita2 hoaks dari para blogger yang disengaja menyebar berita hoaks itu saya sudah tau bahwa dia digaji untuk menyebar hoaks dari platform google satu ini.
Namun kalo berita yang diterbit langsung oleh situs2 besar berita saya yah percaya2 aja. Tapi kadang ada situs berita yang kadang suka menyebar berita hoaks. Pernah di semprot juga sama para artis.
Saya sih suka baca. Memang bener sih susah cari orang yang peminat pembaca.
Mari kita bantu share artikel ini yang bermanfaat.
Pembeda antara blogger profesional dengan yang amatir adalah kemauan belajar
BalasHapusBerkat berlatih literasi digital terus menerus dia lebih mudah membuat caption dan sharing berita
Kalau saya, dalam menghadapo gempuran informasi digital juga ya saya pilah pilih. Kalau mau cari informasi ya maunya di platform terpercaya. Atau kalau baca berita, cari pembandingnya dulu baru ikut komentar atau menyebarkannya.
BalasHapusLiteraasi digital aku sering denger tapi baru kali ini betul-betul memahami maknanya. Dan ternyata dikehidupan sehari-hari apalagi seorang blogger kita sudah menjadi penggiat literasi ternyata
BalasHapussebenarnya minat baca anak muda sekarang juga tidak terlalu buruk jika patokannya media sosial ya mbak, tapi karena ketidakmampuan anak muda sekarang dalam memfilter berita mana yang baik untuk dikonsumsi hoho
BalasHapusyeay saya suka banget kalau sudah bahas tentang dunia teknologi, seru selalu mempermudah hidup kita ya. tapi kita memang harus mempunya kemampuan literasi digital agar bisa mengelola semua informasi yang ada di internet dnegan cerdas dan bijak
BalasHapusOrang Indonesia mah emang malas membaca mba. Tapi kalo baca akun gosip mah cepetttt dan mau sampai akhir membacanya. Kekeke. Makanya kayaknya perlu dilakukan pendekatan yang beda ya untuk tipikal orang kita mba. Misalnya, kalo mau meliterasi mereka harus dengan cara-cara kekinian, yang prolognya bikin penasaran, kalo perlu pakai contoh-contoh kasus yang viral.
BalasHapusSaya lihat Mba Ros banyak mengisi materi di acara-acara, mau itu offline atau online. Saya yakin bisa ikut beri sumbangsih lebih buat masyarakat kita. Tetap semangat mba.
Bener banget Kak, wajib kita paham perihal literasi digital agar tidak mudah terprovokasi berita yang tidak benar alias hoax. Dan juga PR buat kita semua ya mengedukasi sejak dini anak-anak agar gemar membaca.
BalasHapusMashaAllah. Saya jadi dapat ilmu baru.
BalasHapusKemkominfo mendefinisikan literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat (sumber: kompas.com).
Sebuah sudut pandang yang wajib kita ketahui sebagai bagian dari pengelolaan dan pengembangan dunia literasi. Menyenangkan rasanya bisa terlibat dalam dunia literasi digital yang nyatanya banyak memberikan manfaat bagi kehidupan. Tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga untuk orang lain.
Jujur, saya salah satu yang paling jarang membaca buku dan pergi ke perpustakaan. Tapi setelah menjadi blogger walaupun masih belum expert, membantu saya meningkatkan minat baca, sedikit banyaknya harus membaca dan mencari informasi akurat sebelum menulis.
BalasHapusKarena smartphone hampir setiap saat di tangan, literasi digital juga semakin meningkat, entah itu membaca berita online, resep masakan, tulisan tentang kecantikan dan gaya hidup, dan sebagainya.
Semoga nanti bisa ditingkatkan juga untuk minat membaca buku-nya 😊
Thank you artikelnya, Mbak. Membantu membuka pikiran saya untuk terus meningkatkan minat baca ❤️
Semua orang harus melek soal ini ya, jadi masing-masing individu sudah memfilter konten yang dihasilkannya.
BalasHapushallo kak ros, wah pertanyaan pemulanya menyinggung nih. untung aku udah baca nih,.
BalasHapusmeski masa kecilku nggak begitu dekat dengan buku, karena di kampung dan susah akses, karenanya setelah jadi ibu aku ingin anakku mengenal buku lebih dekat biar literasinya sudah akrab.
Waduuuh kalo minat baca orang indonesia itu rendah bahaya juga ya. Penting nih belajar literasi digital, untuk memfilter segala macam bentuk informasi yang tidak bener.
BalasHapusMemang penting serap berita dan sebar dari sumber terpercaya. Blogger harus melek digital juga, menulis dan mengedit artikel juga kudu paham
BalasHapuswah benar juga ya. dengan literasi digital yang meningkat, maka semakin banyak orang denga pemikiran kritis
BalasHapusSemoga dengan menulis berbagi informai perihal literasi digital semakin banyak yang paham ya Mba, artikel menambah ilmu banget. Harus banyak belajar lagi agar tidak menjadi orang yang mudah menerima berita hoak. Karena jaman sekarang banyak banget penyebar hoax dan orang-orang enggak sadar nyebarin tanpa kroschek terlebih dahulu.
BalasHapusMinat baca memang rendah ya mba di Indonesia. Sedangkan pengguna internet dari Indonesia juga banyak, jadi penting deh belajar literasi digital.
BalasHapusSedih banget sekarang minat baca orang-orang rendah banget, padahal dengan membaca kita bisa dapat wawasan barukan. Bener nih, kita harus melek sama literasi digital karena kalau nggak bisa bisa menelan mentah mentah informasi yang bersifat hoax. Apalagi zaman sekarang informasi hoax semakin banyak bertebaran.
BalasHapusPenerapan literasi digital masa kini memang perlu diimbangi dengan mengkajinya agar terhindar dari hoax
BalasHapusLiterasi digital sebenernya udah sehari-hari kita lakukan dari gawai yang kita miliki. Seringnya saya gunakan untuk baca berita terkini, pengasuhan dan resep masakan. Kayaknya udah tergantung banget ini ama yang digital-digital. Makanya penting sekali untuk lebih memfilter berita yang dibaca sebelum menerima apalagi menyebarkannya.
BalasHapusIya mba, dulu ku pikir literasi digital itu artinya ya udah bisa baca informasi yang ada di internet dan melek teknologi aja gitu. Ternyata artinya sangattttttt luas ya. Dan sebagai pengguna internet pun literasi digital ini sangat penting biar kita bisa punya awareness untuk bijak bermedia sosial dan sebagainya
BalasHapusNah, rebahan sambil liat liat info dari internet pun juga butuh literasi digital biar kita nggak serta merta share sesuatu yang belum terpercaya, komen komen jahat sampai lupa waktu gegoleran ya Mba. Hihi
BalasHapuskalo semangat mengkaji, belajar, dan terapkan literasi digital, maka dunia netizen bakal jauuhh lebih baik ya
BalasHapuspenting banget nih literasi digital karena netizen di Indonesia kan memang doyan banget entah kenapa melahap berita hoaks yang dibalut-balut or dipasangin video yang entah kapan, semua serba dihubung2in
BalasHapusAku lebih suka baca berita di platform media tepercaya atau cari trending topic di Twitter seperti Kak Ros lakukan. Kalau dapat info di grup WA pun aku gak langsung percaya sebelum ada sumber atau link resmi yang disertakan dalam info tersebut.
BalasHapusMemang kita juga harus cerdas sebagai pengonsumsi berita digital untuk menghindari makin meluasnya hoaks.
Miris ya melihat tingkat minat baca Indonesia yang dirilis dunia. Dan kita perlu bgt nih mengenalkan literasi digital sejak dini pada anak2. Agar generasi Indonesia melek literasi dunia digital
BalasHapusYess...setuju, literasi digital itu melawan konten negatif. Jangan percaya hoax dan teman-temannya. Sebagai blogger pun menulis yang informatif dan bermanfaat yah...Plus jangan lupa kaidah PUEBI deh...
BalasHapusSejak jadi pengguna internet, aku memang beralih ke literasi digital. Pilih portal yang memang kredibel, gak bikin rusuh. Baca dulu beritanya, pahami. Bukan yang langsung ngamuk gara-gara judul. Jadi bisa terhindar dari hoax
BalasHapusBaru tahu tentang pemaknaan literasi digital secara kbbi nya mbk. Ternyata luas juga ya
BalasHapusKalau aku sering baca info di instagram gitu, atau baca web berita Yang punya topik tertentu sesuai kesukaanku. Trus tahun ini aku juga punya wishlist untuk bisa ngabisin beberapa buku dalam setahun.
Jaman sekarang, ketersediaan akan bahan bacaan tentu sudah sangat banyak. Kemajuan teknologi juga membantu menyediakan bahan bacaan, termasuk bacaan buku digital.
BalasHapusUntuk beberapa orang, membaca buku digital menjadi solusi mengatasi mahalnya harga buku fisik. Selain karena masalah harga, mereka juga memilih buku digital karena mudah dibawa kemana-mana, simpel, ringkas, tidak memakan banyak tempat untuk penyimpanan buku fisik.
Namun ada juga yang lebih suka membaca buku fisik, seperti saya lebih suka membaca buku fisik dibandingkan buku digital. Disebabkan karena kenyamanan.
Saya lebih nyaman membaca buku fisik dibanding buku digital, karena mata saya lekas letih, pedih dan tidak tahan lama lama ketika membaca buku digital. Hal ini berbeda, jika membaca buku fisik.
Ya semoga saja, perkembangan literasi di indonesia semakin maju lagi dan semakin banyak orang yang memiliki hobi membaca, baik itu buku nonfisik maupun fisik.
Klu cara saya setuju sma nomor 3 mba, (Membuat warga lebih cermat dan selektif untuk menghadapi hoaks dan berita bohong )... Jadi kita harus tau berita itu valid atau hoax. Jangan sampai menyampaikan berita bohong..
BalasHapusbenar ya kak, era digital ini memang harus punya literasi digital yg bagus
BalasHapusselain biar g terjebak hoax, kita juga bisa terhindar dari penipuan
kan banyak bgt skrg penipuaj online
Sebagai blogger saya juga merasa diuntungkan karena terbiasa membaca artikel panjang dan menulis dengan sumber. Sehingga ketika ada informasi hoax yang beredar saya nggak ikutan menyebarluaskannya.
BalasHapusLIterasi digital ini memang harus lebih digaungkan, supaya banyak yang tidak termakan hoax juga yah. Thanks banget nih penjelasannya.
BalasHapusKak Ros suka baca karena ayah kan? Sama kita kak.
BalasHapusAnak-anak emang lebih suka meniru langsung aksi daripada saran orangtua yang cuma ngomong "rajin baca ya nak.. biar luas wawasan".
Dan emang, minat baca bangsa kita rendah. Bikin sedih sih, padahal bisa diubah dari rumah. Yakni membiasakan para ibu membaca (membuat budaya baca di rumah).
sebenarnya dengan adanya smarthpone ini, tanpa sadar kita udah melakukan literasi digital, iya ga sih? tapi masalahnya kita masih harus extra hati-hati tentang yang kita baca, apakah sumbernya bisa dipercaya atau enggak. Belum lagi harus mulai belajar nenangin hati dan pikiran ketika ada perbedaan-perbedaan dengan cara berpikir orang lain
BalasHapusMengenai minat membaca penduduk Indonesia memang kecil. Bahkan adik saya juga lebih memilih main game ketimbang baca buku. Atau ngobrol sama ikan-ikannya daripada membuka buku digital. Hmmm
BalasHapusAku ini termasuk yang malas baca juga, tapi aku berusaha banget terus melawan kebiasaan ini. Terus usaha untuk baca dan membiasakan ke anak utk rajin baca
BalasHapusliterasi digital ini memang penting banget ya kak. Sayangnya banyak juga yang kurang paham tentang hal ini. Sosialisasi di masyarakat pun rasanya masih kurang. Masih banyak ibu-ibu yang hobi nyebar hoax tanpa ditanyakan dulu kebenarannya ^_^
BalasHapusAku sependapat mba, penting banget menerapkan literasi digital di jaman keterbukaan ini semua informasi seaakn tersaji banyaakk.. harus pandai2 memfilter :)
BalasHapusBerkenaan dengan kenyataan minat baca masyarakat yang rendah, sampai sekarang aku masih menyimpan mimpi suatu hari bisa bikin taman baca atau perpustakaan untuk warga sekitar. Dulu pernah, tapi terkendala waktu jadi belum berjalan lancar. Hiks!
BalasHapusSekarang paling ya itu, sering menulis tentang manfaat membaca di sosial media aja sih.
Apa yang mendasari pentingnya literasi digital ini? Agar nggak langsung share hanya dengan baca caption. Kalau minat literasi digital udah tumbuh, masyarakat pasti akan membiasakan baca keseluruhan isi berita baru memutuskan untuk share atau nggak.
BalasHapusSemakin mudahnya informasi yang diperoleh melalui dunia digital ini yang menyebabkan kita semua harus pintar-pintar menyaring dan mencerna dengan baik informasi yang diperoleh.
BalasHapusSemakin banyak baca dan baca yaa...Roos.
Memang butuh banget nih kita memahami literasi digital agar semua hal yang berhubungan dengan pengetahuan tidak langsung kita telan mentah mentah
BalasHapusKeberadaan Taman Baca Masyarakat saat ini sudah semakin berkurang ya mbak. Karena banyak juga yang sudah memfasilitasi anaknya dengan buku-buku berkualitas di rumah masing2.
BalasHapusSalah satu cara saya tidak gatal jari untuk share link atau info yang belum tentu benar
BalasHapusMakanya saya harus pastikan dulu sebelum share
Saat ini memang minat membaca cukup rendah ya maka dari itu saya kadang menerapkan ke anak-anak mereka bebas membaca si aplikasi membaca sih selama pandemi ini, biasanya kami kan ke toko buku tp selama pandemi bacanya lewat gadget.
BalasHapusInilah mengapa saring berfore sharing penting ya kak Ros
BalasHapuskudu pinter-pinter nih kita biar nggak kemakan hoax. Literasi digital jaman sekarang penting banget
harapannya, semoga dengan munculnya literasi digital ini bisa sedikit tidaknya menaikan tingkat literasi. Biar jangan sampai menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah ada informasinya... Hal kecilnya
BalasHapusCaraku menerapkan literasi digital, yang pertama nggak pernah komen hate atau jahat untuk siapapun karena itu cyber bullying, nggak mengekspos data pribadi karena bahaya dan pastinya anti share sebelum membaca dan yakin kalau berita itu nyata dan real.
BalasHapusTerutama para millenial nih ya yang sangat perlu literasi digital. Biar kita tidak mudah termakan hoax. Informasi yang bertebaran saat ini jika tdk disikapi dg tepat bisa barabe.
BalasHapusTernyata tingkat membaca di Indonesia sangat sedikit ya, 2021 ini harus dibudayakan membaca. Biar banyak inspirasi juga
BalasHapusLiterasi Digital emang penting banget apalagi sekarang di saat semua serba digital, masyarakat diserbu begitu banyak informasi dan berita yang belum tentu valid. Dengan literasi digital kita bisa memfilternya agar tidak termakan hoax.
BalasHapusSepakat banget mba. Literasi digital penting supaya ga termakan hoax. Serem kalau sudah termakan hoax ujungnya jadi fitnah kan. Minat baca juga perlu dikembangkan biar pada bisa berpikir kritis, ga baca judul doang
BalasHapus