Pada suatu hari, Ardhi mengajak kekasihnya, Cinta untuk menghadiri sebuah fashion show di sebuah gedung terkenal di Jakarta. Ardhi menjadi model pada salah satu pagelaran busana yang digelar oleh salah satu desainer terkenal. Sampai di sana, mereka langsung menuju backstage untuk merias dan mengatur busana yang akan dikenakan Ardi saat fashion show nanti.
Acara fashion show segera dimulai. Para model bersiap-siap untuk berlenggak-lenggok di atas catwalk memamerkan busana yang mereka kenakan. Ardi meminta Cinta untuk menonton di antara kursi penonton. Tak lupa Cinta memotret Ardi sebagai dokumentasi serta menunjukkan rasa bangganya Cinta terhadap Ardhi yang berjalan dengan tampan dan gagah di atas panggung catwalk.
Acara pagelaran busana itu berlangsung sangat meriah. Saat acara masih berjalan, tiba-tiba Cinta menoleh dan melihat seorang pria berjaket hoody warna hitam. Pria itu bolak-balik menutup kepalanya dengan tutup kepala pada jaketnya selama fashion show berlangsung.
Cinta terus melihat pria itu seolah menurutnya gerak-gerik pria itu sangat mencurigakan. Beberapa saat kemudian, pria itu pergi meninggalkan ruangan.
“Hmmm, siapa sih dia? Orang yang aneh!.”, batin Cinta.
***
Setelah acara fashion show berakhir, Ardi beberes dengan membersihkan diri dan berganti baju kasual. Kemudian, ia mengantarkan Cinta pulang ke rumah.
Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Cinta. Karena malam semakin larut, Ardhi langsung pamit pergi tanpa mampir ke dalam rumah terlebih dahulu.
Rembulan makin tampakkan wajahnya yang rupawan malam itu. Namun, di malam yang indah itu Cinta malah sulit memejamkan mata. Perasaannya mendadak gelisah tak menentu, seperti memiliki firasat. Firasatnya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi tapi Cinta tak tahu apa. Kegelisahan itu makin menjadi-jadi. Tanpa terasa Cinta pun tertidur, entah jam berapa.
Tiba-tiba, “ARDI..........!!”, teriak Cinta. Mimpi buruk dan tentang Ardi. Firasat buruk itu kembali muncul dan sekarang makin jelas objeknya, ya Ardi. Cinta segera beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil HP dan mulai menekan nomor telepon Ardi. Tak ada yang mengangkat, namun HP Ardi aktif. Kegelisahan itu makin menggelayuti pikirannya. Cemas itu tak bisa dikendalikan.
Ia sangat khawatir bila terjadi sesuatu yang berbahaya terhadap Ardhi. Untuk memastikan keadaan kekasihnya, ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Ardi.
Dari kejauhan terlihat banyak orang berkerumun di depan sebuah rumah dan.... polisi. Garis kuning polisi melingkar di seluruh area rumah Ardhi. Cinta makin kalut saat dilihatnya orang-orang itu berkerumun di depan rumah Ardi. Mobil yang ditumpanginya pun di parkir sekenanya.
Tanpa mengucap permisi, ia langsung menerobos garis kuning dan meluncur masuk ke dalam rumah. Tujuan utamanya adalah kamar Ardi. Seketika tubuhnya lunglai saat ia melihat Ibu Ardi menangis di depan kamar putra semata wayangnya.
“Tante Rosy, ada apa?”, tanya Cinta.
Ibu Ardi terus menangis tersedu-sedu tanpa menjawab sepatah katapun. Wanita setengah baya itu terlihat shock berat. Cinta yang dirundung penasaran pun tak lagi peduli pada police line yang telah terpasang di depan kamar kekasihnya itu.
Ia pun menerobos kerumunan polisi sambil memanggil Ardi. Tapi yang dia lihat bukan Ardi, lelaki yang telah menjadi kekasihnya sejak masih duduk di bangku SMA namun sebuah cermin yang bertuliskan “MATI”. Di sebelah cermin itu dilihatnya foto Ardi yang sudah berlumuran darah membentuk tanda silang. Tangisnya pun pecah. Beberapa polisi berusaha menenangkannya.
Dengan lirih Cinta pun bertanya, “Ardi mana, Pak?”. Seorang polisi menjawab, “Dugaan kami Ardi terbunuh, mbak, tapi itu masih dugaan, kami sedang berusaha mencari jawabannya karena tubuh Ardi menghilang.” Jelasnya panjang lebar. Menghilang?? Kata itu begitu sulit dicerna. Ardi dibunuh dan tubuhnya menghilang. Cinta hilang kesadaran. Pingsan.
Ketika siuman, Cinta telah ada di pelukan Tante Rosy. Sayup-sayup didengarnya penjelasan polisi. Menurut polisi yang menangani kasus ini, pembunuh sangat “pintar” karena ia tidak meninggalkan jejak sidik sedikitpun, namun hanya tulisan di cermin dan foto Ardhi yang berlumuran darah tadi. Namun, polisi terus berusaha mengungkap kasus itu.
***
Kemudian, Cinta pulang ke rumahnya dengan perasaan sedih dan tak percaya bila pacarnya harus mati secara tragis seperti ini. Apalagi polisi menyatakan jasad Ardhi belum ditemukan hingga sekarang. Sempat mengalami depresi hingga tak mau makan dan beraktivitas seperti biasanya karena masih berduka kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Beberapa hari kemudian, ponselnya--yang merupakan kado ulang tahun dari Ardi--berdering sangat nyaring. Ia mendapat telepon dari Letta, sahabat baik Ardi.
“Ya, Let. Ada apa?”, tanya Cinta.
“Gini, Cin. Kamu bisa datang ke acara fashion show batik Anggara Putra, nggak?”, tanya Letta.
“Kapan?”, tanya Cinta lagi.
“Besok malam, jam tujuh. Bisa nggak?”, tanya Letta.
“Oh, bisa. Aku pasti datang, kok!”, jawab Cinta senang hati.
“Di hall yang waktu itu Ardhi fashion show, ya?”, pinta Letta.
“Hmmm, oke deh.”, kata Cinta dengan nada lemah. Mendengar tempat pagelaran busana temannya itu membuat ia sedikit trauma karena di tempat itu ternyata terakhir kalinya melihat Ardhi pentas model.
Akhirnya, keesokan harinya, ia mendatangi aula tempat fashion show berlangsung. Kemudian, ia mengambil tempat duduk sambil menenteng segelas kopi yang ia bawa dari rumah. Lalu, ia melihat seorang pria berpenampilan rapi duduk di sampingnya.
“Boleh kenalan, nggak? Aku Cinta.”, kata Cinta.
“Kevin.”, jawab pria itu.
"Maaf, mas wartawan fashion atau model atau desainernya, mungkin?", tanya Cinta dengan ramah. Pria itu tak menjawab karena ia begitu fokus melihat acara fashion show tersebut. Kemudian, Cinta tak memperdulikan pria disampingnya dan menikmati acara fashion show yang berlangsung menarik itu.
Ia menyaksikan model-model wanita yang tampak anggun dengan gaun batik yang mewah. Beberapa lama kemudian, Kevin malah pergi dari acara tersebut sebelum acara berakhir padahal acara itu berakhir pada jam 11 malam.
***
Tepat pukul 03.30 pagi, Cinta terbangun dari tempat tidurnya. Ia tidak merasa mengantuk karena ia sempat tidur siang. Kemudian, ia pergi ke dapur untuk membuat mi kuah dan menikmatinya sambil menonton televisi di ruang keluarga. Ia memencet tombol pada remote untuk mengganti channel televisi. Secara tak sengaja, ia melihat sebuah berita.
“Pemirsa, seorang model ditemukan hilang dari kamarnya sekitar 30 menit yang lalu. Diduga, ia dibunuh oleh seseorang karena terdapat bercak-bercak darah dari lantai kamarnya. Menurut saksi, korban terbunuh setelah mengikuti acara fashion show. Korban bernama Arletta. . .”, kata pembawa acara itu.
Mendengar berita itu, Cinta tersentak kaget setelah mendengar nama Arletta. Tanpa pikir panjang, ia langsung menuju rumah Letta, lokasi kejadian dugaan pembunuhan tersebut.
Di sana, ia segera menuju kamarnya. Ia kembali menemukan tulisan “MATI” di cermin dan foto Arletta yang sedang berpose yang diberi tanda silang warna merah dari darah itu. Ia bingung dan berpikir tentang siapa yang tega membunuh Ardi dan Letta.
Hari demi hari, hampir setiap hari ia selalu mendapat ajakan dari semua teman baik Ardi untuk menghadiri berbagai fashion show, baik di Jakarta maupun luar kota, hampir setiap hari pula ia selalu mendapat kabar bahwa banyak model yang menghilang dan diduga tewas terbunuh.
***
Pada suatu saat, ia diundang untuk menghadiri peresmian sebuah butik oleh salah satu teman baik Ardi. Ia mengiyakan ajakan temannya. Namun, Ia mempunyai firasat buruk yang berkaitan dengan acara peresmian butik itu karena selama ia menghadiri sebuah pagelaran busana, pasti ada saja kasus hilangnya jasad. Beberapa hari kemudian, acara peresmian sebuah butik dimulai.
Nama butik itu adalah “THE FASHION”. Tempat butiknya sangat besar dan mewah. Pembawa acara menyambut undangan dengan meriah. Bahkan saat sambutan dari desainer yang merupakan pemilik dari butik “THE FASHION” mendapat antusiasme yang sangat luar biasa dari hadirin karena desainer “THE FASHION” adalah desainer termuda lulusan Sekolah Fashion di Paris.
Saat desainer dan pemilik butik itu naik mimbar, sepertinya Cinta tak asing dengan pria itu, "Itu kan cowok yang di fashion show batik waktu itu.
“Saya, Kevin Rafael, adalah pemilik dari butik ‘THE FASHION’ ini. Ini adalah beberapa karya pertama saya yang bertemakan 'Spring in Paris', konsepnya tentang suasana musim semi di Paris dengan koleksi baju berwarna pastel.
Dengan mulainya acara fashion show ini, saya juga putuskan, butik ini saya resmi dibuka.”, sambutan Kevin, pemilik butik “THE FASHION” mendapat tepuk tangan yang sangat meriah dari undangan.
Kemudian, undangan dipersilahkan untuk melihat pameran busana yang ditampilkan di butik saat ini. Busananya cukup bagus, pikirnya. Lantas, Cinta melihat sebuah patung yang rupanya mirip dengan almarhum kekasihnya,
“Lho, ini kan Ardi. Bukannya sudah mati terbunuh? Kenapa tiba-tiba ia menjadi patung?”, pikir Cinta bertanya-tanya.
Ia juga melihat patung mirip Letta. Aroma yang dikeluarkan sangat wangi, tidak memunculkan aroma ketika orang mati yang diawetkan dengan formalin. Semakin lama, Cinta semakin dibuat penasaran oleh kasus pembunuhan yang menimpa beberapa model, termasuk Ardi.
Dugaannya juga semakin kuat bahwa pembunuhnya adalah Kevin Rafael, pemilik butik “THE FASHION” yang sedang naik daun. Ketika ia berjalan melewati pameran busana di butik tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah ruangan terbuka yang gelap, Cinta begitu penasaran untuk memasuki ruangan itu. Begitu memasuki ruangan itu, tak sengaja ia melihat sebuah tas yang berisi beberapa bilah pisau, senjata tajam, beberapa botol formalin serta parfum.
Buat apa ada senjata tajam di butik seperti ini? Firasatnya mengatakan ada yang nggak beres dengan butik ini. Apakah mungkin senjata tajam digunakan untuk membunuh kekasihnya dan beberapa model yang menghilang?
Ia berpikir bahwa ia tak boleh berburuk sangka pada orang yang baru dikenalnya beberapa waktu yang lalu. Namun, ia mearuh rasa curiga terhadap Kevin Rafael. Tapi sepertinya tidak mungkin karena tidak ada hal yang mencurigakan saat pertama kali bertemu.
Namun, instingnya semakin kuat bahwa Kevin Rafael adalah dalang dari kasus pembunuhan itu. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikan akan dilakukan di rumah Kevin Rafel yang juga merupakan showroom butiknya.
Keesokan harinya, ia mendatangi butik “THE FASHION” yang ia duga memiliki sebuah ruangan untuk mengawetkan dan mengubah mayat hasil buruannya menjadi patung yang sangat cantik dan tampan. Ia menyamar sebagai pemesan baju pesta.
“Permisi.”, sapa Cinta sembari mengetuk pintu showroom yang terbuka.
“Ya, silahkan masuk.”, Kevin Rafael menyambut Cinta dengan ramah.
“Anda bukannya Cinta Putri Wahyu, wartawati sebuah majalah fashion itu kan?”, tanya Kevin.
“Betul.”, jawab Cinta.
“Ada yang bisa saya bantu?”, tanya Kevin layaknya seorang pelayan yang sedang melayani pelanggan.
“Hmmm, saya hendak memesan baju pesta untuk pertunangan kakak saya. Bisakah?”, pinta Cinta.
“Bisa, silahkan pilih desain baju berdasarkan katalog di sebelah sana. Asisten saya akan membantu
Anda. Permisi, saya tinggal sebentar karena saya ada keperluan.”, kata Kevin sambil bergegas pergi meninggalkan ruang kerjanya. Ketika Kevin sudah pergi dengan fortuner-nya, Cinta mencuri kesempatan untuk melakukan penyelidikan, kebetulan juga asistennya belum datang.
Cinta mulai menyelusuri setiap sudut ruangan yang ada di butik itu, mulai showroom-nya, halaman depan, sampai ke halaman belakang. Kemudian, ia menemuka suatu ruangan di sudut belakang rumah yang tertutupi oleh rimbunnya daun-daun dari pohon yang telah tumbang.
Ia memberanikan diri masuk ke dalam ruangan itu, ruangannya terkunci dan ia mencari cara untuk membuka pintu tersebut. Ia akhirnya sengaja mendobrak pintu tersebut, untungnya tidak ada orang lain saat itu.
Lalu, Cinta masuk menuju ruangan yang mengeluarkan aura mistis. Menurut mereka ruangan itu cukup menakutkan. Cinta memulai melakukan penyelidikannya. Ruangan itu berisi alat yang digunakan untuk mengawetkan dan mengubah mayat menjadi patung yang sempurna seperti bak mandi, kapak untuk membunuh, formalin, alat make up untuk merias mayat, dan parfum.
Ia memotret semua barang bukti dengan kamera. Hal itu membuat dugaannya semakin kuat bahwa pelaku pembunuhan model adalah Kevin Rafael.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang berjalan menuju area halaman belakang itu. Ia takut akan ketahuan dengan penghuni rumah itu, ia menyelinap mencari cara untuk kabur dari rumah tanpa ketahuan itu karena ia rasa sudah menemukan bukti yang cukup.
***
Cinta memandangi foto-foto hasil penyelidikannya. Lalu, ia segera ke kantor polisi yang menangani kasus pembunuhan beberapa model untuk menyerahkan hasil penyelidikannya.
“Pak, ini adalah foto-foto hasil penyelidikan saya sebagai barang bukti kasus pembunuhan beberapa model yang dilakukan oleh Kevin Rafael di butiknya.”, kata Cinta sambil menyerahkan semua foto yang dibungkus kertas coklat itu.
“Hmmm, apakah menurutmu ini sudah cukup bukti untuk menguatkan bahwa pelakunya adalah Kevin Rafael?”, tanya polisi.
“Menurut saya sudah cukup, bahkan saya melihat beberapa mayat yang masih proses pengawetan, dan saya menduga orang yang membunuh teman saya ini menggunakan alat-alat ini, Pak.”, jawab Cinta jelas.
“Hmmm, baiklah. Mungkin saya akan tindak lanjuti. Apakah Anda mempunyai jalan keluar untuk menangkap pelakunya?”, tanya polisi itu.
"Mungkin saya bisa bantu Pak untuk cari cara supaya pelaku tertangkap.", kata Cinta.
“Baiklah, bolehkah saya minta kamu untuk ikut membantu kami mencari cara untuk menangkap pelaku pembunuhan.”, kata polisi itu.
“Baik, Pak.”, jawab Cinta sambil pergi meninggalkan kantor kepolisian.
***
Keesokan harinya, ia kembali bekerja di salah satu redaksi majalah fashion ternama. Ia bertemu dengan Fariz, temannya di kantin.
“Hai, Riz! Gue boleh minta tolong bantuan loe nggak?”, tanya Cinta.
“Apa’an? Jangan nyuruh gue beli’in nasi goreng petai! Gue alergi petai!”, kata Fariz sambil memandangi handphone-nya yang berfungsi sebagai cermin.
“Tenang aja, kok! Gak lagi deh! Oh ya, meskipun loe itu agak girly, tapi tampang loe kan ganteng-ganteng gimana gitu...”, puji Cinta.
“Oh ya dong!”, kata Fariz sombong.
“Loe mau nggak nolongin gue?”, tanya Cinta.
"Nolongin apaan Cin?", kata Fariz
“Haiss!!! Gue loe jadi’in umpan hidup-hidup pembunuh itu? Eh, sorry ya, cowok ganteng kayak gini kagak pantes untuk mati dulu. Gua masih perlu jodoh! Amal ibadah gue masih belum sempurna!”, kata Fariz tersentak kaget.
“Entar gua sama polisi jagain loe kok!”, kata Cinta meyakinkan.
“Sekali gak mau, tetap gak mau!”, kata Fariz tegas.
“Ehm, gua traktir pizza deh! Mau nggak?”, tanya Cinta sekali lagi.
“Ya deh. Gua mau!!!”, kata Fariz sambil menjulurkan lidahnya bak anjing kepanasan.
***
Beberapa hari kemudian, Fariz menjadi model untuk acara fashion show yang digelar oleh redaksi majalah fashion mereka sebagai “calon mayat” pembunuh itu. Dari motif pembunuhan yang Cinta tahu, Cinta yakin kalau pembunuh itu akan datang.
Cinta memiliki trik sendiri untuk menangkap pembunuh. Fariz dipinjami handphone oleh Cinta yang sudah dimodifikasi. Kemudian, Fariz mengikuti acara fashion show tersebut. Ia juga diberi ramuan agar ia terhindar dari obat bius. Cinta dan beberapa polisi sudah bersiap-siap di posisi yang telah ditentukan.
Setelah Fariz keluar dari gedung, tiba-tiba Fariz diculik dan dibius oleh pembunuh. Namun, ia hanya pura-pura pingsan karena ramuan yang dibuat Cinta. Terbukti karena saat ia mulai pingsan, ia memberi isyarat pada Cinta. Kemudian, pembunuh itu membawanya masuk ke dalam mobil.
Mobil yang dikendarai pembunuh itu mulai melaju dengan kecepatan menengah. Mobil yang dikendarai Cinta dan polisi-polisi mengikutinya. Di dalam mobil pembunuh, Fariz bolak-balik SMS pada Cinta bahwa kondisi dirinya aman dengan ponsel yang telah dimodifikasi itu.
Perjalanan mereka berakhir di butik “THE FASHION”. Mobil polisi terparkir agak jauh dari rumah pembunuh itu agar tidak ketahuan oleh si pembunuh.
Di dalam rumah itu, pembunuh hendak bersiap untuk membunuh Fariz dengan kapaknya. Tiba-tiba, Fariz terbangun dari tidurnya. Setelah itu, ia berusaha berlari menghindar dari kejaran pembunuh yang memegang kapak. Sepertinya, ia terjebak.
“Hei, kau!”, teriak pembunuh yang wajahnya tertutup topeng hitam.
“Mau apa kau?”, tanya Fariz.
“Kau tahu, kau di sini kau akan menjadi patung demi kesuksesanku. Kau tahu kan bahwa “THE FASHION” sedang naik daun? Dan kau, adalah calon manekinku.”, kata pembunuh itu.
“Hah, calon manekin? Ih, gua nggak mau mati dulu! Gua belum berangkatin bonyok gue haji!”, kata Fariz sambil menahan napas.
“JANGAN BANYAK OMONG!”, seru pembunuh itu sambil hendak melayangkan kapaknya pada Fariz.
Fariz berusaha berlari menghindarinya. Ia melempar apa saja yang ada di dalam rumah itu untuk menghindari pembunuh itu, termasuk patung-patung hasil awetan mayat yang ada di butik itu. Kemudian, Fariz menelepon Cinta dengan ponselnya.
“CINTA, CEPETAN KE SINI! DIA MAU BUNUH AKU!”, seru Fariz.
Mendengar kabar dari Fariz yang keadaannya semakin membahayakan, Cinta bersama polisi-polisi keluar dari mobil dan segera mendobrak pintu yang terkunci.
“ANGKAT TANGAN!!!”,
Akhirnya, pembunuh itu menjatuhkan kapaknya dan menyerahkan diri. Polisi masih memegang pistol menghadap pembunuh itu. Kemudian, Cinta meminta Fariz untuk membuka topeng yang menyembunyikan wajah si pembunuh. Setelah dibuka, dibalik topeng itu adalah................................KEVIN RAFAEL!!!!
“Tepat sekali dugaanku! Kevin Rafael, desainer The Fashion! Tapi kenapa kamu melakukan ini?”, kata Cinta.
"Sebenarnya, aku balas dendam dengan kematian orang tuaku! Aku melihat mereka terbunuh oleh rekannya sendiri. Aku sangat sakit hati dengan kematian orang tuaku, lalu, kujadikan mereka sebagai manekin karena aku sayang dengan orang tuaku!",
Kemudian, polisi memborgol Kevin dan membawa pergi ke kantor polisi. Polisi berterima kasih kepada Cinta dan Fariz yang membantu menuntaskan kasus pembunuhan model-model yang dilakukan Kevin. Akhirnya, semua mayat-mayat yang dijadikan patung dibawa dan dikuburkan. Cinta terlihat tegar dan tabah ketika ia menyaksikan pemakaman mantan kekasihnya.
Nama Cinta Putri Wahyu mendadak terkenal setelah ia berhasil mengungkapkan kasus pembunuhan yang cukup meresahkan di bidang fashion dan hukum kriminal. Ia seringkali menjadi narasumber tentang misteri pembunuhan model yang berhasil ia pecahkan. Bahkan, ia menerima undangan sebagai narasumber dalam wawancara eksklusif.
***
Beberapa hari kemudian, saat itu Cinta terbangun dari tidurnya. Waktu masih menunjukkan pukul 2 pagi.
“Oh ya, aku lupa untuk membuat artikel tentang hasil penyelidikan kasus pembunuhan itu!”, pikir Cinta.
Kemudian, ia bergegas menuju meja kerjanya dan membuka laptopnya. Lalu, ia menulis seluruh kejadian mulai awal kasus pembunuhan itu terjadi, penyelidikan, hingga penangkapan Kevin Rafael yang merupakan otak dibalik pembunuhan itu. Namun, tiba-tiba lampu di ruangan itu hidup mati. Ketika ia menoleh ke belakang,
“AAAAAAAAAA.............!!!!!!!!!!”
Seketika semuanya berubah menjadi gelap.
***
Psikopat kelas atas nih, sampe bisa bikin patung manekin dari mayat. Wuih... Serem.
BalasHapushaha, iya emang psikopat
Hapus