Konten [Tampil]
Tiga tahun telah berlalu. Aku telah memasuki tahun keempat, tentu saja masih dengan alasan yang sama.
Aku berdiri dengan kakiku sendiri
Tidak ada yang menopangnya, tidak ada yang menyangganya
Aku hidup dengan diriku sendiri
Tidak ada yang menemani, tidak ada yang menghebatkan
Aku hidup dengan penantianku sendiri
Tidak ada mawar lagi, tidak ada yang berkata-kata lagi
Masih tidak ada kabar darinya. Aku memang lelah mencarinya. Tapi aku tidak akan lelah untuk menunggunya. Aku yakin, ia akan datang ketika waktunya tiba.
Mama cukup kesal dengan orang yang selama ini kutunggu. Ya, Davin. Karena menurut Mama, Davin mempermainkanku. Datang, membahagiakanku, kemudian menghilang. Datang lagi, lalu menghilang.
“Tapi, Ra. Maura harus segera menikah. Umurnya hampir 27 tahun. Memangnya kamu mau adik kamu jadi perawan tua?” kata Mama yang sedang beradu mulut dengan Kak Nara.
“Pokoknya Mama tetap akan menjodohkan Maura dengan anak teman Mama. Anaknya baik, tampan dan berpenghasilan tinggi. Dia juga sudah mantap untuk menikah.”
Aku hanya terdiam. Tidak bisa menolak keputusan Mama dan tidak bisa membela pernyataan Kak Nara.
“Tapi, Ma. Davin pasti akan kembali pada Maura!” bentak Kak Nara membelaku.
“Kamu tahu dari mana kalau Davin pasti kembali?!” selidik Mama yang disertai bentakan.
“Seorang sahabat pasti memiliki feeling yang kuat!”
***
Malam nanti adalah malam yang buruk. Bukan malamnya yang buruk, tapi acara nanti malam. Kata Mama, nanti malam akan ada acara makan malan dengan dihadiri seorang pria yang katanya akan dipertemukan denganku. Tujuan acara makan malam ini diselenggarakan adalah: perjodohan. Ya, siapa lagi yang dijodohkan kalau bukan aku, anak yang paling bontot, yang belum menikah, yang betah menjomblo hampir 5 tahun, yang masih menunggu orang yang tidak jelas menurut Mama.
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Berusaha melepas penat dari lelahnya kehidupan. Mencoba memejamkan mata untuk sekedar melupakan sebuah masalah, tapi tak bisa, masalah itu terus menghantuiku. Memikirkan jalan keluar, malah menemukan jalan buntu.
Ah, hidup ini sungguh melelahkan.
Tiba-tiba aku teringat akan pemberian Davin, yaitu kotak musik yang sengaja aku letakkan di atas meja dekat tempat tidurku. Aku pun mengambilnya. Kemudian memeluknya. Setidaknya, pelukanku pada kotak musik ini menandakan bahwa aku sangat rindu kepada pemilik aslinya, yaitu Davin.
Untuk mengobati rasa rinduku, aku pun menyalakan kotak musik pemberian Davin.
Look into my heart, you will find ~
There’s nothin’ there to hide ~
Take me as I am, take my life ~
I would give it all, I would sacrifice ~
Aku menghela nafas panjang. Kemudian aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidurku.
Ah, aku lelah, Vin. Aku lelah menunggumu...
Tak berapa lama kemudian, mataku terpejam, hatiku untuk Davin mungkin juga telah terpejam...
***
Cinta adalah menyukai sesuatu dan berusaha untuk memiliki dengan cara yang benar
– Anak Rantau -
Posting Komentar
Posting Komentar