Konten [Tampil]
Aku mengambil sepeda kayuhku.
Pagi ini aku ingin bersepeda, mumpung hari Minggu. Tapi aku ingin mampir sebentar ke rumah Davin. Bukan mampir sih, tapi hanya sekedar menengok. Bukankah tidak sopan jika bertandang ke rumah orang ketika hari masih pagi?
Sebenarnya, tujuan utama aku bersepeda bukanlah untuk menengokmu, melainkan untuk menemukanmu.
Aku pun bersiap dengan sepeda kayuhku. Lalu keluar rumah dan menyusuri jalanan kompleks. Rumah-rumah di kompleks Griya Indah sangatlah mewah. Tapi tentu saja harganya selangit. Fasilitas mewah yang disediakan di dalamnya membuat rumah dan seisinya hanya bisa dibeli oleh orang yang benar-benar berduit. Yaa beginilah enaknya jadi orang berduit, bisa menikmati berbagai fasilitas seenak jidat.
Tak berapa lama kemudian, aku telah sampai di depan rumah Davin.
Betapa terkejutnya aku saat aku melihat ada sebuah papan besar di depan rumah Davin. Di papan besar tersebut tertulis bahwa RUMAH INI DISEGEL OLEH BANK.
Aku terkejut. Aku tercengang melihat tulisan tersebut. Sungguh aku tak percaya dengan tulisan besar yang ada di hadapanku, yang tentu saja tertancap dengan kokoh di depan rumah Davin.
Aku tak bisa menahan tangis. Dan tangisku tumpah di depan rumah Davin.
***
Aku menangis sesenggukan. Aku masih belum bisa menghentikan air mataku yang sejak kemarin pagi menangis.
Jujur, aku masih tidak percaya dengan tulisan besar yang ada di depan rumah Davin. Sungguh aku tidak mempercayainya. Namun apa daya bukti berkata lain. Aku melihat dengan jelas rumah Davin sangat kotor. Tidak terawat. Seperti rumah yang benar-benar kosong. Seperti rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya dengan sengaja. Dan seperti rumah yang disegel oleh sebuah bank.
Aku masih belum bisa mengakhiri tangisan ini.
Semua hal yang berbau penyegelan pasti adalah hal buruk. Dan tentu saja orang yang bersangkutan pasti akan menderita, baik raga maupun batin.
Dan bagaimana dengan Davin? Rumahnya yang disegel mengartikan bahwa ia dan keluarganya tidak tinggal di rumahnya lagi, melainkan tinggal di rumah yang mengharuskan mereka melunasi hutang-hutangnya kepada bank.
Penyegalan selalu disebabkan oleh hutang kan?
Lalu dimana Davin berada sekarang?
***
Aku berlari, entah kemana
Aku merajuk, entah pada siapa
Aku terpuruk, entah karena apa
Aku menangis, karena satu alasan:
Kamu...
Entah kapan ini terhenti
Entah kapan kau kembali
Entah sampai kapan aku merindukanmu
Lalu sampai kapankah aku menunggumu?
Bila aku bukan untukmu, pergilah
Bila aku tak pantas untukmu, menghilanglah
Bila aku tak baik untukmu, menjauhlah
Bila aku masih separuh hatimu, kembalilah
***
Mencintaimu, berkebalikan dengan mumi. Mumi, mati tapi dihidupkan. Mencintaimu, hidup tapi dimatikan. Ya, dimatikan oleh kamu yang menghilang tanpa pamit, tanpa permisi dan tanpa alasan. Sungguh menyakitkan.
Mencintaimu, layaknya batu nisan. Batu nisan, ada untuk mengabadikan tanggal kematian yang pemiliknya telah mati, ditelan bumi. Mencintaimu, ada untuk mengabadikan kematian sebuah cinta, apabila tak terbalas dan tak kunjung memberi kabar. Sulit untuk membuatmu sadar.
Mencintaimu, hampir sama dengan bunga kamboja. Bunga kamboja, warna putihnya menenangkanmu di keabadian kematianmu. Mencintaimu, kasih sayangku menenangkanmu di keabadian hidup serta matimu.
Mencintaimu, sebanding dengan kebohongan. Kebohongan, sulit untuk mengatakan yang benar karena dihadang oleh berbagai alasan. Mencintaimu, sulit untuk mengatakan yang benar karena kau tahu kebenaranku berada di bawah kebenaranmu yang selalu mutlak dan hakiki.
Mencintaimu, sama artinya dengan membunuh diriku sendiri. Sungguh aku rela mati untukmu. Rela terkubur, asal terkubur bersamamu, bukan dengan kenanganmu. Aku rela menjadi prasasti di atas tanah makammu, asal namamu terpahat dengan indah di dadaku.
Sungguh, aku rela berkorban untuk memperjuangkan cintamu, sampai dapat. Rela mencarimu pantang menyerah untuk mengembalikan dirimu ke pangkuan separuh jiwamu, yaitu diriku, yang selalu merindukanmu.
Kepada Pangeran Hati yang bernama Davin, aku mohon kembalilah...
***
Cinta
adalah hal yang bukan mengajarkan pada kita tentang kebahagiaan, tetapi
juga mengajarkan pada kita tentang cara menghadapi kesedihan
– Damar Gumilar -
Posting Komentar
Posting Komentar