Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb
Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development merupakan pembangunan yang mencukupi kebutuhan sekarang tanpa harus mengorbangkan kebutuhan dan kemampuan generasi yang akan datang.
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pemerintah Indonesia bersama negara-negara lain telah mencanangkan tentang pembangunan berkelanjutan yang telah diperbaharui. Ada 7 konsep pembangunan yang kemudian disempurnakan lagi menjadi 7 konsep pembangunan berkelanjutan.
7 konsep pembangunan yang lama antara lain
- pollution cleanup
- waste disposal
- protecting species
- environmental degradation
- increasing resource use
- population growth
- depleting and degrading natural capital.
Sementara itu, 7 konsep pembangunan berkelanjutan yang saat ini sedang digencarkan antara lain
- pollution prevention
- waste prevention
- protecting habitat
- environmental restoration
- less resource waste
- population stabilization
- protecting natural capital.
Berikut ini akan dijabarkan konsep pembangunan berkelanjutan di B29 Lumajang.
Pollution cleanup to pollution prevention
Dulu, masyarakat memang sudah menyadari bahwa sudah terjadi pencemaran udara, air maupun tanah yang disebabkan oleh ulah mereka sendiri.
Untuk itu, mereka juga giat membereskan sampah-sampah yang dihasilkannya. Sampah-sampah tersebut dibuang ke tempat sampah, termasuk tempat sampah yang ada di sekitar kawasan B29 Lumajang.
Namun kini etika lingkungan tak melulu soal membuang sampah di tempat sampah, melainkan cenderung mengurangi penggunaan sampah. Bahkan kalau perlu mencegah timbulnya sampah.
Salah satu cara yang bisa diterapkan di kawasan B29 Lumajang adalah dengan cara warung-warung penjaja makanan tidak lagi menyediakan kertas minyak atau bungkus plastik, melainkan makanan ringannya diletakkan di atas daun pisang atau daun jati, sementara untuk makanan berat bisa dengan menggunakan piring yang ada.
Untuk minumannya, bisa menghentikan penggunaan gelas plastik melainkan cuci ulang gelas kaca atau gelas biasanya dan alangkah lebih baik jika warung menyediakan galon isi ulang.
Waste disposal to waste prevention
Masyarakat juga sudah mulai menyadari bahwa sampah tidak bisa dibiarkan terus-menerus berada di tempat sampah. Dulunya beberapa orang menghilangkan sampah dengan cara membakar sampah atau memendam sampah ke dalam tanah.
Membakar sampah bukan solusi tepat untuk menanggulangi pencemaran karena untuk pembakarannya cenderung membutuhkan oksigen bebas dan melepaskan karbon.
Memendam sampah ke dalam tanah, juga masih menimbulkan pencemaran karena bahan-bahan tercemar ke tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah.
Maka tindakan yang baik adalah dengan mencegah adanya limbah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah yang ada.
Masyarakat bisa mendaur ulang sampah untuk dijadikan barang-barang bernilai tinggi. Sampah yang didaur ulang secara kreatif, dapat dijual dan dapat dijadikan sebagai produk kerajinan lokal dari warga desa Agrosari.
Protectiong species to protecting habitat
Di B29 Lumajang tidak ditemukan spesies endemik. Namun meski tidak ada spesies endemik, masyarakat juga harus tetap menjaga spesies yang ada supaya tidak punah.
Warga lokal paham untuk tidak menembak burung yang beterbangan di langit maupun burung yang bertengger di dahan pohon.
Warga juga mengingatkan para wisatawan untuk tidak menangkap capung, kupu-kupu dan serangga lainnya demi kepentingan atau kesenangan pribadi.
Namun kini fokus pembangunan berkelanjutan bukan hanya soal berhenti menangkap capung atau kupu-kupu.
Melainkan juga menjaga tanaman-tanaman dan bebungaan yang merupakan sumber makanan serangga tersebut. Tanaman-tanaman dan bebungaan tersebut juga merupakan habitat, tempat capung dan kupu-kupu bernaung.
Environmental degradation to environmental restoration
Sepeda motor merupakan benda yang sangat bermanfaat, namun juga memberikan dampak negatif yang tak sedikit. Karbon yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, dapat mencemari lingkungan dan membuat udara menjadi kotor.
Hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
Masyarakat lokal sebagai pengelola B29 Lumajang juga menyadari hal ini. Mereka sebagai pengelola, seringkali mewanti-wanti para wisatawan untuk menggunakan jasa ojek dengan tarif 75ribu atau jalan kaki, mengingat medan yang cukup parah.
Tarif yang terbilang mahal (berbeda dengan biaya tiket masuk) menjadi salah satu alasan wisatawan memilih jalan kaki menuju puncak. Rupanya hal ini menjadi keuntungan sendiri supaya lingkungan B29 Lumajang tidak terlalu banyak terpapar karbon, meski belum sepenuhnya pulih atau bebas karbon.
Increasing resource use to less resource waste
Masyarakat yang semakin lama semakin beradab dan mengenal kecanggihan teknologi, kini semakin leluasa dan semakin memanfaatkan sumber daya alam yang ada guna mendukung kehidupan mereka.
Di B29 Lumajang, masyarakat memaksimalkan lahan subur untuk pertanian. Selama lahan masih subur, maka masyarakat akan memaksimalkan potensi yang ada.
Namun untuk perkembangan berkelanjutan dan supaya tidak mengorbankan kebutuhan generasi mendatang, masyarakat juga harus sadar perihal penggunaan sumber daya alam.
Sumber daya alam yang ada harus dijaga, harus diarifkan, dan tidak dieksploitasi secara berlebihan. Salah satu caranya adalah dengan cukup untuk tidak menambah areal pertanian maupun menambah rest area di B29 Lumajang.
Population growth to population stabilization
Dulu orang-orang cenderung memperbanyak keturunan sehingga populasi manusia kian bertambah. Semakin banyak anak yang lahir, maka diharapkan akan semakin bisa mengelola dan mengolah sumber daya alam yang ada.
Setiap anak yang lahir, pasti didoakan yang baik-baik supaya dapat menjaga bumi dan seisinya.
Namun sayangnya fakta berbicara lain. Orang-orang cenderung merusak dan kurang peduli terhadap bumi karena telah memiliki kepentingan sendiri.
Populasi manusia semakin banyak dan tanah petak semakin sesak. Maka pemerintah mencanangkan untuk menstabilkan populasi manusia.
Hal ini bukan berarti pemberhentian atau mengurangi angka kelahiran, namun maksud lainnya adalah supaya para orang tua lebih fokus kepada kualitas anaknya daripada kuantitas/jumlah anaknya.
Alangkah lebih baik bila orang tua bisa lebih pandai dan bijak mengarahkan anaknya untuk meraih pendidikan yang tinggi, melanjutkan sekolah tingkat SMP, SMA, lalu kuliah hingga mendapatkan pekerjaan layak.
Tujuan anak-anak harus mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya adalah tentu supaya anak-anak dapat menjaga bumi secara arif dan bijaksana.
Depleting and degrading natural capital to protecting natural capital
Ketika B29 Lumajang mulai terkenal, banyak wisatawan berbondong-bondong untuk datang ke tempat wisata tersebut. Mereka datang tanpa mempedulikan kelestarian alam. Jalanan yang masih sebatas jalan sepetak, tetap ngotot untuk dilewati supaya bisa sampai ke puncak B29.
Hal semacam ini sangatlah beresiko. Tidak jarang terjadi kecelakaan di atas bukit, yang mengakibatkan wisatawan jatuh ke lereng dan merusak tanaman pertanian milik petani di lereng.
Hal ini mengakibatkan terjadinya deplesi dan penurunan bentang alam.
Untuk itu perlu tindakan guna mengembalikan lingkungan sebagaimana mestinya. Masyarakat lokal mengantisipasi wisatawan yang jatuh kecelakaan dan merusak tanaman pertanian warga, dengan cara menjadi ojek yang melayani wisatawan untuk sampai puncak B29.
Jalanan yang cenderung sulit, menanjak, terjal dan kanan kiri merupakan lereng, memiliki resiko yang cukup besar apabila pengendara nekat mengendarai kendaraannya sendiri untuk sampai puncak. Tarif naik ojeknya memang cukup mahal, yaitu 75ribu untuk pulang pergi dari dan ke rest area.
Namun harga tersebut terbilang cukup murah daripada terkena resiko kecelakaan yang melukai diri sendiri dan merusak tanaman pertanian warga.
Tindakan yang dilakukan warga lokal sudah benar karena mereka masih ada kemauan yang sangat besar untuk menjaga bentang alam yang ada sebagaimana mestinya.
Itulah konsep pembangunan berkelanjutan di B29 Lumajang menurut pandangan saya. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr wb
Posting Komentar
Posting Komentar