Konten [Tampil]
Kami telah tiba di restoran “Romantic Night” sejak 10 menit yang lalu. Tak banyak hal yang kami bicarakan. Aku pribadi, merasa canggung saat berhadapan dengan Davin. Hal yang membuatku canggung dan merasa dag dig dug saat ini adalah gaya berbusana Davin yang sungguh memukau.
Dengan mengenakan setelan kemeja-jas-celana yang berwarna putih tulang membuatku merasa spesial karena dugaanku selalu tepat dan secara tidak langsung kami telah menggunakan telepati dengan sangat baik. Bukankah hal yang disebut jodoh selalu memiliki telepati yang tepat? Dan bukankah telepati tersebut dibisikkan oleh sesuatu yang diliputi... perasaan tulus... ikhlas... jujur... dari hati... yang biasa kita sebut... cinta?
Apakah itu benar cinta? Atau hanya sebatas kasih sayang? Atau hanya telepati belaka? Ataukah memang hanya kebetulan semata? Ah, tak ada manusia yang bisa mengartikan telepati dan menjelaskannya dengan logika secara gamblang tanpa timbul pertanyaan lain.
“Ra, malam ini sungguh istimewa bagi saya,” kata Davin membuka topik baru.
“Seistimewa apa di matamu?” cecarku tanpa pikir panjang.
“Seistimewa ketika saya melihatmu malam ini.”
Gombal.
“Seistimewa ketika saya melihatmu pertama kali malam itu.”
Gombal.
“Seistimewa ketika saya menatap matamu dengan amat dalam saat ini.”
Gombal.
“Seistimewa Tuhan memberikan anugerah bidadari yang turun dari surga-Nya yang diciptakan dari sebelah tulang rusuk saya, lalu memberikan cinta tulusnya pada saya kemudian saya simpan dalam hati untuk saya bawa pulang, menjaganya dengan baik, melindunginya sepenuh hati untuk dijadikan penyemangat kehidupan yang penuh problema dan romantika. Apakah kau tahu, hidup ini sungguh istimewa.”
“Maksudnya?”
“Seistimewa kamu.”
Romantis.
Aku menyunggingkan senyum seraya berkata, “Terima kasih...”
Jujur, aku terbuai dengan kata-kata indah Davin. Wanita mana sih yang tidak tersanjung dengan perkataan Davin yang mengagung-agungkan wanita, yang meninggikan derajat dan martabat wanita lebih dari apapun. Menempatkan sosok wanita di tempat yang spesial dan menjadikannya istimewa dalam hidupnya. Ya, karena wanita di dunia cuma ada 1 jenis, yaitu istimewa.
Saying I love you, is not the words I want to hear from you ~
It’s not that I want you not to say but if you only knew ~
How easy it would be to show me how you feel ~
More than word is all you have to do ~
To make it real then you wouldn’t have to say ~
That you love me cause I’d already know ~
Lagu yang berjudul More Than Words milik Extreme mengiringi makan malam romantis kami. Lagunya sesuai denganku. Eh, bukan, maksudku kami. Semoga.
“Oh ya, saya punya sesuatu untuk kamu,” kata Davin tiba-tiba.
Aku yang masih terpaku dengan kata-kata romantisme Davin, merasa heran dengan sesuatu yang dipunyai Davin dan katanya sih akan diberikan kepadaku. Apa ya maksudnya Davin?
“Pelayan...” seru Davin memanggil pelayan yang berdiri tak jauh dari meja kami.
Dengan sigap pelayan yang mengenakan kemeja berdasi kupu-kupu datang menghampiri meja kami sambil membawakan sebuah kotak kado berwarna merah hati dengan pita warna senada.
Davin pun mengambil kotak kado dari si pelayan lalu diserahkan padaku.
“Ini untukmu,” ucap Davin sesaat setelah si pelayan meninggalkan meja kami.
Belum habis rasa indah ini. Aku merasa hatiku terbang dengan kedua sayapnya menuju angkasa dengan penuh cinta.
“Apa ini?” tanyaku dengan penuh keheranan
“Buka saja dulu...” jawab Davin sambil tersenyum.
Tanpa ba-bi-bu lagi, aku pun membuka kotak kado pemberian Davin.
Aku terpukau melihat benda yang diberikan Davin untukku. Ada miniatur piano dengan pianisnya serta seorang balerina yang sedang menari di atas piano. Aku perhatikan lagi miniatur pemberian Davin, kutemukan tombol on off pada sisi belakang miniatur piano. Kemudian aku geser penanda off ke on, lalu terdengar suara musik yang mengalun indah pada sebuah lagu.
Look into my heart, you will find ~
There’s nothin’ there to hide ~
Take me as I am, take my life ~
I would give it all, I would sacrifice ~
Wow. Aku tersanjung. Terbuai. Terpukau. Dan ter-ter lainnya. Tak ada kata-kata lagi yang bisa mengungkapkan perasaanku saat ini. Sungguh berbunga-bunga hatiku, layaknya musim semi dengan mekarnya bunga yang membuat orang teramat bahagia tiada batas.
Davin memberikan sebuah hadiah spesial, berupa kotak musik dengan piano dan pianisnya, lengkap dengan balerinanya. Tak ketinggalan pula bagian dari lagu Everything I do, do it for you milik Bryan Adams.
Ah, dinner malam ini sungguh indah.
Terima kasih, Davin.
***
“Ra,”
Aku yang sedang duduk di samping Davin menoleh.
“Ya?”
“Besok pagi kamu mau ngapain?” tanya Davin dengan kedua tangan masih memegang setir mobil untuk mengantarkanku pulang.
“Besok hari Minggu ya?” pikirku.
Davin mengangguk.
Aku berpikir sejenak, merencanakan kegiatan yang akan kulakukan esok hari.
“Aku mau menjadi beruang. Tidur sepuasnya tanpa kenal waktu,” seruku pada Davin dengan antusias.
“Jangan tidur mulu, Ra... Nanti tidurmu keterusan loh,”
“Amit-amit deh...” ucapku bergidik ngeri, membayangkan ketika aku tidur dan tidak bisa bangun lagi karena nyawa telah melayang.
“Bagaimana kalau kita jogging?” tawar Davin.
“Boleh...” jawabku tanpa berpikir panjang, karena sudah lama aku tidak jogging. Lagipula, bukankah jogging lebih baik daripada tidur?
***
Cinta itu apabila kita bisa membahagiakan orang yang kita sayang dan orang yang kita sayang menerima kebaikan yang kita berikan
– Rival Reynaldi Wijaya -
Posting Komentar
Posting Komentar