Konten [Tampil]
Alhamdulillah, diperkenankan untuk bisa berjumpa dengan Ramadhan lagi. Lalu dilanjut dengan momen lebaran yang selalu dinanti-nanti. Namun kali ini, lebarannya cukup berbeda dari biasanya. Sebab, saya dan keluarga menjadi panitia reuni keluarga. Jadinya, agenda lebaran tidak seperti biasanya.
Tidak Ada Baju Lebaran Baru
Sore hari sebelum lebaran, tiba-tiba Ibu berceletuk, “Ros, sido lebaran ta? Lahwong durung tuku klambi anyar ngunu”Huahaha, Ibu ndagel.
Kami sebenarnya jarang menyiapkan baju khusus lebaran. Sebab, tanpa lebaran pun ya kami beli baju. Baju yang ada dan masih bagus itu lah yang akan kami pakai.
Tapi saya pengen banget, janjian sama Ibu untuk pake baju samaan. 2 tahun lalu, baju kami samaan, yaitu sama-sama pake nuansa abu-abu. Sementara, 1 tahun lalu, pakai gamis motif bunga-bunga, samaan dengan saudara-saudara lain.
Sore menjelang lebaran itu, saya enggak tahu deh mau pakai baju apa. Pasrah aja. Enggak samaan, enggak papa dah. Kalau mau samaan, ya siap-siap aja dimarahin Ibu gara-gara ngeribetin Ibu buat cari baju lebaran samaan mendadak.
Eh ternyata, pagi-pagi Ibu udah nyiapin baju lebaran. Enggak sama-sama banget sih wujudnya. Minimal warnanya ada yang sama. Juga jenis kainnya agak sama sedikit. Seneng deh, disiapin sama Ibu.
Sholat Ied dan Anak Kecil di Sekitarnya
Ya, seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami melaksanakan sholat ied di lapangan. Lebih tepatnya di Lapangan Stadion Semeru Lumajang. Saya bersama Ibu. Adek bersama Ayah.Sepertinya, ada yang sedikit berbeda dengan shola tied tahun ini. Mengenai: perasaan, sentuhan, dan anak kecil.
Ya. Sepertinya pula, pandangan saya enggak lepas-lepas dari anak kecil di sekitar yang berlarian ke sana kemari. Adik kecil berkulit putih halus, mengenakan baju koko, celana coklat, bersepatu. Persis dengan style anak muda yang wujudnya diminikan.
Ada pula adik perempuan kecil nan imut yang dikenakan gamis berbahan kaos, sehingga memudahkannya berlarian. Apalagi, ia dikenakan kerudung yang membuatnya tampak imut.
Wuaw, asyik ya kalau sholat ied bawa anak kecil. Seru gitu.
Tahun depan, apa bisa?
Ternyata, enggak cuma saya yang matanya berbinar-binar melihat anak kecil dengan dandanan manisnya. Ibu juga. Mata Ibu berbinar.
Sekali lagi, tahun depan apa bisa?
Eh eh, saya enggak memaksa untuk menjawab kok. Hahaha.
Ritual Lebaran di Rumah
Setelah sholat ied, kami pulang ke rumah. Antara saya, Adek, Ibu dan Ayah… salam-salaman. Saling meminta maaf. Rutinitas selanjutnya: Ayah ngasih angpau 50.000 kepada saya dan Adek. Semoga, tahun depan masih dikasih, hehe.Selanjutnya, kami makan sebentar. Lalu mempersiapkan diri untuk berangkat ke rumah Mbah Uti.
Adek minta nginep. Jadilah saya mempersiapkan pakaian untuk menginap semalam di rumah Mbah Uti.
Salam-Salam di Rumah Mbah Uti
Lalu bergegaslah kami ke rumah Mbah Uti. Sesampainya di sana, kami langsung meminta maaf ke Mbah Uti. Tentunya minta maafnya berurutan. Dari Ibu, Ayah, saya lalu Adek.Setelahnya, lanjut makan. Makan opor khas lebaran. Ada lontong, ketupat, opor ayam, santan tahu tempe.
Setelah makan, lanjut ke rumah Bude Kis. Salam-salaman. Lalu ngobrol-ngobrol. Lalu foto-foto.
Seperti biasa… foto-foto~~~
Adek Fitra, Ayah, Ibu, dan saya |
Pakde Joko, Bude Kis, dan Mbak Angel |
Pakde Agus, Mas Roi, dan Bude Fik |
Pakde Jarot, Bude Mi, dan Mas Yudis |
Foto bareng Mbah Uti |
Si Fatim yang sulit diajak pose |
Lalu, sekitar jam 11, Fatim datang. Ia datang membawa serta kakek neneknya yang dari Pasrujambe.
Selain Fatim, ada juga yang dinanti-nanti. Yaitu Adek Shanum~~~
Saya bawa ke sana kemari tuh Adek Shanum. Dibawa ke rumah Mbah Uti, lalu dibawa pula ke rumah Bude Sukis. Aih lucu ya kalau punya dedek bayi…
Mbak Puja, Bude Kis, Adek Shanum, Mbak Angel, Mas Dian, dan Mbak Fatim |
Sedang Tidak Bertamu
Hari pertama, biasanya kami nglencer ke rumah saudara. Ke rumahnya Bude Ar, Mbah Upik, Mbah Mun, dan ke rumah alm. Mbah Slamet. Namun kali ini tidak. Pun, saudara-saudara tersebut, tidak ke rumah Mbah Uti.Sebab, kami akan bertemu di reuni. Orang-orang yang akan ditemui saat reuni, ya orang-orang yang biasa kami datangi saat silaturahim lebaran.
Jadi yaa… hari pertama, tumben-tumbenan kami tidak kemana-mana.
Wajib foto bertiga saat lebaran: Mas Yudis, Mbak Angel, dan Adek Fitra |
Menginap di Rumah Mbah Uti
Udah lama banget enggak nginep di rumah Mbah Uti. Sepertinya terakhir menginap adalah sekitar 3-5 tahun lalu. Lama banget.Mumpung ada kesempatan, dan mumpung Adek yang ngajak, ya mau deh.
Rencananya tidur di kamar tamu, yang akhir-akhir ini jadi tempat tidur Pakde Jarot. Namun saya enggak sanggup. Berdebu euy. Takut sendirian pula. Haha.
Yaweslah, saya ikutan tidur di kursi bareng Adek. Kebetulan ada dua kursi panjang di rumah Mbah Uti, yaitu untuk kursi tamu dan kursi santai. Adek ambil posisi tidur di kursi panjang dekat tv. Sementara saya tidur di ruang tamu.
Merasa aman sih, hehe. Pokoknya pantang melek. Kalaupun terbangun, enggak boleh lihat kemana-mana. Harus langsung tidur lagi. Harap maklum, takut. Hehe.
Sepedaan Sama Adek
Pagi harinya, saya ngajak Adek sepedaan. Oh iya, Adek ke rumah Mbah Uti itu sepedaan loh. Sepeda pancal. Pengen naik sepeda pancal. Enggak naik mobil. Yaweslah, diijinkan. Padahal ya jauh. Kurang lebih 1 jam bila naik sepeda pancal. Sing penting seneng.Saya sepedaan dengan menggunakan sepeda jengki milik Bude Kis. Beraaat banget. Kok ya Bude Kis betah banget pake sepeda ini buat ngantar barang dagangan.
Rencananya mau sepedaan dari Jatisari, terus ke Pulo, lalu memutar ke Tempeh Tengah. Ealah, belum sampai Pulo, saya sudah ngos-ngosan. Minta kembali.
Sementara, Adek ngelanjut sepedaan. Mau cari camilan pagi-pagi. Mana ada orang jualan camilan pagi-pagi saat lebaran.
Intinya, Adek pulang tanpa membawa jajan.
Kabar Duka Pagi Hari
Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, bahwa kami akan mengadakan reuni. Berharap banget supaya saudara-saudara yang di Bali dan Malang bisa ikut menghadiri reuni. Namun apa daya ada saudara dari Bali yang sedang dirawat di RSUD Malang.Paginya, kami mendapat kabar bahwa beliau meninggal. Saya enggak tahu beliau siapa dan bagaimana. Yang saya tahu bahwa beliau masih saudara 1 buyut.
Saudara-saudara yang tinggal di Jatisari, bergegas untuk takziah ke Malang. Ibu juga ikut, bersama Bude Kis dan Bude Mi. Ada 5 rombongan mobil yang siap takziah ke Malang.
Sementara, saya, Adek dan Ayah tidak ikut serta. Kami pulang ke rumah.
Ibu berangkat jam 9 pagi. Sampai di sana, bertemu, bersilaturahim, menyampaikan perasaan turut berduka, lalu langsung pulang. Ibu sampai di rumah sekitar jam setengah 9 malam.
Cerita Lebaran H-3 - H-7
Hari ketiga, kami mempersiapkan diri untuk reuni.Hari keempat, kami reuni
Hari kelima, kami istirahat
Hari keenam dan ketujuh, kami ke Blitar dank e Mojokerto
Cerita selengkapnya, tunggu di postingan selanjutnya ya… hehe
Ah ya, kalau mau tahu cerita lebaran tahun-tahun sebelumnya, boleh baca di sini:
Cerita Lebaran 2016
Cerita Lebaran 2017
Cerita Lebaran 2018
Wuah seru juga ya kalau ada arsip cerita lebaran dari tahun ke tahun. Semoga dimampukan dan disempatkan untuk bercerita tentang lebaran tahun depan, hehe. Aamiin.
Mbak Angel, Ibu, Bude Kis, dan saya. Sengaja foto candid. Eh, mereka kaku ya, haha |
Lalu, bagaimana cerita lebaranmu? Seru juga kah?
Waassalamualaikum wr wb
Wah samaan kita, aku juga gak beli baju lebaran bukan karena apa, invoice blm cair wkwkkwkw. Btw di rumah uti setelah makan opor pasti ada pertanyaan2 terselubung kan? wkkwkwkw
BalasHapusLiburan keluargaku dari tahun ke tahun mirip seperti lebarannya keluarga ka Ros. Intinya silaturahmi. Tp ga pakai acara nginap karena jarak rumah kami ke rumah kakek itu dekat aja. Kalo jarak rumah kak ros ke rumah uti berapa km?
BalasHapusAku kok gemes sih liat baju kembaran kamu dan ibumu itu. Eh tapi lebaran tahun ini juga tumben sih, pakaian aku, ibu, ayah, ade-ade ipar, dan suami satu tone hitam dan abu. Dan setelah sekian tahun jarang foto keluarga kali ini kami foto bareng.
BalasHapusHmmm lebaran h-4 aku seru dong. Ketemu beberapa teman blogger. Itu tuhhhh salah satunya yang komen di atas. Sama seseorang yang aku baru sadar kenalnya karena kamu. wakakakakaka.....
Lebaran selalu menyenangkan. Banyak momen yang bisa dilewati bersama keluarga. Cerita bahagia, senyuman maupun cerita tak mengenakkan tumpah ruah menjadi satu. Selamat lebaran ya kak. Mohon maaf lahir batin, semoga banyak cerita bahagia yang bisa didapatkan. Salam buat keluarga
BalasHapusRencana mau komen 'wah seru nih punya arsip cerita lebaran sampai beberapa tahun yg lalu'
BalasHapusEh dijadiin konten di paragraf akhir,
Jadi rindu suasananya. Sudah dua tahun ini gak ikut kumpul keluarga besar. Karena 'sesepuh' keluarga yg di Bandung sudah pada gak ada, jd ngumpul ngumpulnya di tempat yg jauh.
Salam buat keluarga.
Mohon maaf labir batin juga.
Yap, lebaran gak harus selalu dengan baju baru. Dengan baju lama pun masih bisa tetap bergaya, yang penting kan moment kebersamaannya itu lho.
BalasHapusSetuju mbak, seru juga kalau cerita lebaran ditulis di blog terus. Kenangannya itu lho. Aku mau juga nulis cerita tahun ini ah. Mampir ya nanti heheheeee
BalasHapusWkkw....jadi kamu masih berharap baju Lebaran, Roos?
BalasHapusHihii...apa aku juga gitu yaa..pas seumuran kamu?
Sekarang sejak jadi Ibu, aku malah lupa sama diri sendiri.
Yang penting anak-anak sama suami uda punya baju buat sholat Ied belom ya...?
momen lebaran memang yang ditunggu-tunggu, banyak cerita seru disana, ketemu sodara, guyonan, main acara nginep nginep di rumah sodara, asikk
BalasHapussama nih kayak aku, udah gede ga harus beli baju baru pas lebaran, malah kalo beli ehh ga dipakai pas hari H. Ga nunggu lebaran pun juga ckup sering beli baju, cewek hehe
Aku malah lebaran kemarin nggak punya foto... :-D, malah motoin kue imut di toples..
BalasHapusLebaran taon depan, semoga teamnya nambah satu yaa... Trus taon depannya lagi, bisa deh bawa bayi :-)