Assalamualaikum wr wb
Film ini menarik. Judulnya Ananta. Kisah tentang Ananta, yang memperbaiki kepribadian Tania Disajikan dari sudut pandang Tania.
Yang menarik dari film ini adalah karakter tokoh utamanya: Tania dan Ananta. Tania, perempuan dengan imajinasi yang liar, namun tidak semua orang sanggup memahaminya. Ananta, laki-laki asal Subang, yang lugu banget dan siap menemani Tania apapun keadaannya.
Belajar dari Tania
Tania ini orang yang introvert banget. Bahkan cenderung ansos (anti sosial). Hidup dalam imajinasinya sendiri. Tidak membiarkan orang lain masuk ke dunianya, karena khawatir merusak idealismenya.
Ada salah satu idealisme Tania yang keren banget menurut saya. Yaitu, ketika seorang pengusaha galeri lukisan, hendak bekerjasama dengannya, lalu memesan lukisan tambahan untuk dipajang saat pameran nanti.
Tania menolaknya. Dengan tegas, ia menolak membuat pesanan lukisan. Karena dia melukis atas kesenangan dan kebebasan berekpresinya.
Waw, idealisme ini sih yang harus saya miliki sebagai bloger. Iya, seharusnya saya bisa seperti Tania, yang menolak dengan tegas blogpost pesanan, karena saya ngeblog atas kesenangan diri, yang tidak bisa dipaksakan.
Tapi ya, sepertinya saya memilih untuk hidup realistis, namun berusaha untuk tidak mengesampingkan idealisme. Makanya, saat nulis blogpost pesanan, sebisa mungkin harus ada rasa "saya". Sulit memang membuatnya, namun Inshaa Allah bisa.
Juga, saya mencoba dan mengusahakan agar blog ini tidak terkesan seperti etalase atau isinya sponsor post semua. Maka, saya cukup sering menulis blogpost pribadi, yang sebenarnya saya enggak ingin orang lain baca. Hahaha.
Tapi ya sudahlah, dinikmati saja apa adanya.
Belajar dari Ananta
Menjadi orang yang tulus itu susah. Untuk urusan berkawan, memilih sosok introvert seperti Tania sebagai kawan, itu susah. Seharusnya, Tania yang kudu meredam emosinya, tapi faktanya ya harus Ananta yang meredam emosinya.
Sederhananya, kalau ingin orang lain baik kepada kita, ya kitanya harus baik dulu kepadanya. Kebaikannya, tentu harus tulus.
Sepertinya itu sih yang saya belum bisa. Saya masih mengharpkan timbal balik yang berarti. Atau minimal, dia sama tulusnya dengan saya. Kalau dia enggak tulus, wuah enggak akan bisa saya percaya lagi.
Ketulusan itu, yang bagi saya: mahal harganya.
Koyoke tulisane muter-muter deh.
Alur Cerita yang Mudah Ditebak
Sebenarnya, alur cerita film ini mudah ditebak. Ananta pasti memiliki misi tersembunyi, yang harus diselesaikan. Entah misi apa, itulah yang harus dicari tahu. Itu yang membuat penasaran.
Juga, terlihat bahwa di akhir cerita, Ananta akan sakit, lalu meninggal. Soal ini, sudah tertebak jalan ceritanya. Umum, seperti film-film romansa kebanyakan.Selebihnya, keren deh. Keren banget.
Diadaptasi dari Novel Ananta Prahadi, Karya Risa Saraswati
Kaget sih, saat tahu bahwa film ini diadaptasi dari novelnya Teh Risa. Kayak enggak percaya aja sih. Saat kepoin soal ini di internet, waw ternyata beneran. Bahkan Teh Risa mulanya menulis novel ini di blognya.
Ternyata dulu Teh Risa bloger juga, hehe. Masih aktif alamat blognya. Hanya saja, dia sudah lama enggak nulis. Tapi tulisannya keren banget sih. Wajar saja bila public speakingnya Teh Risa tertata banget. Keren banget dah.
Ah, saya jadi pengen juga untuk menayangkan novel saya di blog. Lah, nganggur euy. Juga, daripada blog saya sering kosong, kan mending diisi novel ya, haha. Inshaa Allah yaa... ini lagi ditata... heuheuuu...
Kesimpulan
Udah. Kayaknya segitu saja ulasan saya mengenai film ini. Tulisan ini jatohnya bukan tentang review film sih, melainkan pelajaran yang bisa saya ambil untuk kehidupan. Hohooo
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Wassalamualaikum wr wb
wah setelah baca tulisan ini jadi penasaran deh pengen baca & nonton ananta, sepertinya seru :D nanti kalo kak ros bikin novel aku mau baca ahh~ hehe
BalasHapuswinorina.blogspot.com