Konten [Tampil]
Kalau saya mendapatkan pertanyaan: perlukah ada panggilan kesayangan untuk pasangan? Maka saya akan menjawab: perlu... bagi suami istri. Karena itu sunnah.
Jadi, sah-sah saja, bila suami atau istri memiliki panggilan kesayangan untuk pasangannya. Misal: sayang, beib, mas - adek, abang - eneng, dsb. Ayah - Bunda, Papa - Mama, itu juga termasuk panggilan kesayangan loh π
Sederhananya, panggilan kesayangan itu ada untuk menunjukkan rasa sayang melalui panggilan spesial π
Namun kalau untuk pasangan yang belum menikah, yaa sepertinya masih belum perlu-perlu banget lah. Ya termasuk saya dan pasangan
Kami belum menetapkan panggilan kesayangan sih. Jadi, selama ini ya kita panggil nama masing-masing π
Dia panggil saya Rhos. Bahkan nama saya di kontaknya ya lengkap: Rhoshandhayani. Lengkap shay. Sementara saya panggil dia Mas Angga. Di kontak juga tulisannya seperti itu π
Ya memang enggak ada bedanya sih dengan panggilan kita sehari-hari. Apalagi teman-teman kuliah memanggil saya Rhos juga. Ya sempat merasa baper cenderung kecewa karena hal ini. Sempat marah juga kok waktu itu. Saya tanyakan pendapatnya si Mas. Dan dia ada benarnya juga.
Bahwa saat ini belum perlu. Panggil seperti biasa saja. Nanti kalau sudah menikah, akan ada dengan sendirinya. Bahkan akan lebih indah π
Saya mencoba berpikir ulang. Lalu emosi teredam dengan sendirinya. Kemudian saya kembali santai dan tenang lagi π
Kalau saya soal panggilannya sih, memang enggak ada bedanya juga sih dengan teman-teman yang lain. Namun saya memberikan sedikit beda. Saya lebih sering memanggilnya "Mas" doang. Berbeda dengan teman-teman lain yang saya panggil "Mas + nama panggilan".
Saya memanggil namanya kalau diperlukan. Misalnya sedang berada di keramaian. Atau menceritakan tentang dia kepada orang lain π
Eh ya, dulu saat awal-awal kita dekat, dia panggil saya "sayang" kok. Dua kali doang sih. Terus saya cuekin. Haha. Ya sepertinya belum perlu waktu itu π
Lalu setelahnya... saat saya memanggilnya "sayang", ealah malah ndak direken. Hahaha
Yaweslah, santai ajalah π
Toh, saya juga sering manggil Ibu sayang dan Adek sayang tapi mereka enggak ada yang menggubris. Ya sudah, mental saya tertempa soal ini. Hahaha π
Itu sih, sekelumit cerita tentang panggilan kesayangan untuk pasangan. Boleh baca juga tulisan kawan saya Mbak Rohmah di tautan berikut: Panggilan Kesayangan Untuk Pasangan, Perlukah?
Lalu, kamu? Apa panggilan kesayangan untuk pasanganmu? Bagi cerita dongπ
Wassalamualaikum wr wb π
ihihiiiii... aku jarang manggil nama, kecuali sih kalau lagi kumpul sama temen atau bareng temenku mbak, hhee. Kalau ngobrol biasa ya seringnya seperti di blog aku mbak, eheheheee
BalasHapushahahaha
Hapusjubek
mau dipanggil kek gimana itu sih menurutku selera masing2 lho mbak. yang pasti nama panggilan yg ajar2 saja. nanti kalo nyeleneh bisa ditiru anak kecil yg blm seharusnya sampai evel sana. he he.
BalasHapushohoooo, iya tentu
Hapuswaktu masih belum nikah yang setelah nikah dipanggil sayang kok mual wkwkwk aku sama suami suka ngekek bedua emang kami pasangan tak romantis :D
BalasHapusUrung perlu.. hoho
BalasHapusiyooooooo
HapusAku penasaran, bagaimana kalian berdua bisa kenal. Lewat blog-kah? Secara kan, Solo dan Lumajang itu, uadooh e ngenthang-ngenthang. Hahaha...
BalasHapusiya, lewat blog. haha
Hapuskebetulan dia travel blogger, pengen kenal Lumajang
terus mampir deh ke rumah. main
Sebelumnya memang kenal sih, tapi ya sebatas teman saja
kita baru dekat setelah kita ketemu
Kalo Kakanda dan Adinda gimana?
BalasHapusHAHAHAHA
haduuuu kayak orang jaman dulu yak
Hapuskalo jaman sekarang, jatohnya alay
haha