Konten [Tampil]
Pagi tadi, hujan masih turun. Padahal sudah semalaman ia bergerimis, menghujan, bergerimis lagi, menghujan lagi, dan begitu seterusnya. Sampai-sampai, kami tak sempat menyaksikan fenomena blue blood moon dengan mata telanjang. Tapi Adek menyaksikannya sedikit, begitu katanya melalui sms, yang terkirim dari ujung Jawa ke ujung lainnya.
Seperti biasa, saya menemani Ibu berjaga di toko. Pukul 6 pagi, toko sudah dibuka. Setelahnya, Ibu menyapu lantai atau sekadar menata barang jualan. Biasanya, pukul 6.15 banyak anak sekolah singgah ke toko untuk membeli kebutuhan mereka bersekolah. Ada barang yang hilang, habis, atau ketinggalan, selama itu tentang peralatan alat tulis kantor, Inshaa Allah kami menyediakannya.
design by Canva |
Tontonan Ibu memang sesederhana itu. Melihat para orang tua beserta anaknya yang mengenakan mantel menembus hujan, atau bahkan menyaksikan orang-orang yang sedang melihat pembangunan pondasi bendungan. Berbeda dengan Adek, Adek justru tidak suka tatkala saya menawarkan untuk menyaksikan kebahagiaan remeh temeh macam itu.
--Baca juga: Pentingnya Long Weekend
Pada pagi yang tampak sore karena matahari bersembunyi, tersenandung lagu-lagu sholawat yang berasal dari sekolah seberang toko. Iya, di seberang toko kami ada dua sekolah madrasah, yaitu MAN yang setingkat SMA, dan MTsN yang setingkat SMP.
Biasanya, pukul 6.30 pagi anak-anak MTsN sudah berbaris rapi berjalan menuju masjid yang jaraknya hanyalah sepelemparan batu dari toko kami. Menyaksikan mereka menyeberang jalan untuk menunaikan sholat Dhuha, juga menjadi salah satu kebahagiaan sederhana bagi Ibu. Setelahnya, mereka akan berdoa di dalam masjid, melantunkan asmaul husna, doa-doa, dan ceramah yang suara mikrofonnya terdengar sampai toko kami.
Kami senang, karena gendang telinga kami sering disenandungkan dengan lantunan pujian kepada Sang Khalik, setiap hari. Membuat kami selalu bersyukur, akan lokasi toko kami yang strategis untuk berniaga, serta menguntungkan karena semakin diakrabkan dengan serunya ber-Islam. Alhamdulillah.
Tertanggal hari ini, MAN Lumajang mengadakan jalan sehat dan bakti sosial dalam rangka memperingati Milad MAN Lumajang. Namun sayangnya, cuaca hari itu masih hujan, enggak mungkin untuk melaksanakan jalan sehat pagi itu. Ya ditunggu saja sampai cuaca cerah.
Lagu-laguan untuk menyemarakkan jalan sehat, sudah dibunyikan sejak pagi tadi bahkan sebelum pukul 6. Lagunya beragam, yang jelas bernafaskan islami. Saat saya sedang duduk di atas kursi dengan tangan mendekap di atas etalase sambil menunggu pembeli, tiba-tiba terdengar lantunan musik dangdut yang sedang fenomenal akhir-akhir ini. Ya, Jaran Goyang, yang dinyanyikan oleh biduan Nella Kharisma.
Tapi lirik lagunya bukan “apa salah dan dosaku sayang”, melainkan kata-kata yang saya tak bisa tirukan karena jarang sekali mendengarnya. Perlahan, saya coba mendengarkannya dengan seksama. Oalah… rupanya sebuah lagu berlirik puji-pujian namun dengan nada lagu Jaran Goyang. Healah.
Lagu tersebut terkenal dengan sebutan Lagu Balasan Jaran Goyang. Ada dua versi, yaitu yang judulnya Baca Quran dan Sholawat. Kreatif ya orang Indonesia, hehe…
Hujan baru berhenti pada pukul 8. Siswa-siswi MAN Lumajang berbaris rapi di jalanan untuk melaksakan jalan sehat. Meski gerimis masih rintik-rintik, acara tetap dilangsungkan. Dan seperti biasa, saya dan Ibu menyaksikan mereka jalan sehat, hehehe
--Baca juga: Mengawali Maret dengan Senyuman Lebar
Wassalammualaikum wr wb
Hoo.. Nama tokonya Roshanda tah.. haha
BalasHapusBesok liburan Imlek kalo jadi ke Probolinggo mampir ah pas pulangnya.. hoho
Hahhaha.... Nyari di google maps ya???
HapusKan sebelumnya g ngerti namane.. hehe
HapusHahaha, iya sih, soalnya gak pernah bilang di blog kalau nama tokonya sama kayak namaku
HapusHehe
Yah, jadi sedih :'(
BalasHapusAku sejak lebaran belum pernah pulang lagi
Belum pernah ketemu ibu ku lagi :'(
Momen yang simpel-simpel begini nih yang paling aku kangenin hiks