Konten [Tampil]
Halo, apa kabar? Semoga harimu dan hatimu bahagia selalu ya 💃
Pekan lalu, saya bersama teman-teman Blogger Jember Sueger diundang oleh Dinas Pariwisata untuk mengikuti serangkaian kegiatan Famtrip Jember 2017. Yeeey, finally Jember ngadain famtrip juga seperti kota-kota lain.
Kami jelajah Jember tak sendiri, melainkan bersama teman-teman lain yang kece seperti youtuber, pilot drone, admin medsos, fotografer, videografer, gus ning, duta batik dsb. Kami tergabung dalam Komunitas Sosial Media Jember. Kami bersama teman-teman dipercaya untuk mengabarkan keindahan Jember kepada khalayak di dunia maya dan dunia nyata.
Komunitas Sosial Media Jember bersiap menuju Famtrip Jember 2017 (foto oleh Andi Cipan) |
Pagi itu, sekitar pukul 8, kami sudah bersiap di halaman depan Kantor Dinas Pariwisata Jember. Sudah berkumpul teman-teman yang wajahnya sumringah-sumringah. Mereka sengaja meluangkan waktunya pada Rabu Kamis yang notabene adalah weekday, yang merupakan hari aktif untuk beraktivitas. Nah, mumpung ada momen langka nan eksklusif, jadilah kami berbahagia meluangkan waktu untuk jelajah Jember...
Kami akan melakukan famtrip selama 2 hari. Rencana destinasi kami untuk hari pertama adalah Museum Tembakau, BIN Cigar, Puslit Kopi dan Kakao, Pantai Watu Ulo, dan Pantai Papuma. Sedangkan destinasi hari kedua adalah Rafting Jumerto, Batik Rolla, dan berakhir di Oleh-Oleh Khas Jember.
Kami yang jumlahnya hampir ber-50, diajak berkeliling Jember dengan menggunakan bus pariwisata. Saya duduk bersama Zevi. Kami merasa nyaman berada di bus. Busnya enak, ber-AC, tempat duduknya cozy, dilengkapi selimut, dan full music. Jadilah kami asyik-asyikan mendengar Mbak Nella Kharisma bernyanyi Jaran Goyang 💃
Can Macanan Kadduk
Destinasi pertama yang kami singgahi adalah Museum Tembakau. Setibanya kami di halaman Museum Tembakau, kami dikejutkan dengan sambutan meriah oleh atraksi Can-Macanan Kadduk. Can-Macanan Kadduk merupakan seni budaya khas Pandhalungan Jember. Can-macanan artinya harimau gadungan, sedangkan kadduk berarti karung.Tari Labako
Dua ekor Can-Macanan Kadduk mengantarkan kami ke sebuah Aula yang pernak-perniknya serba tembakau. Kami disuguhi lagi sebuah tarian khas Jember, yaitu tarian Labako. Saya sudah beberapa kali menjumpai tari Labako. Kalau ada acara gede dan resmi di kampus, biasanya tari Labako sengaja disuguhkan untuk menyambut kedatangan tamu atau peserta yang hadir.Tari Labako mencerminkan kehidupan orang Jember, yang erat sekali dengan tembakau. Apabila kita melihat lebih jeli setiap detail gerak-gerik tariannya, maka akan kita jumpai gerakan yang serupa dengan proses menanam tembakau, memeliharanya, memanennya, hingga menyiapkannya untuk siap produksi di luar kota dan luar negeri. Pokoknya tari Labako mencerminkan petani Jember banget deh.
Setelah para penari menyuguhkan tarian Labako, tiba-tiba mereka mengajak kami untuk ikut menari tarian Selamat Datang ala Pandhalungan. Jadinya rame dan gridu banget 😅
Museum Tembakau
Setelahnya, kami diajak untuk berkunjung ke Museum Tembakau. Ini kali ketiga saya datang ke Museum Tembakau. Cukup banyak perubahan yang dilakukan untuk memperindah isi museum. Biasanya, apabila ada kawan jauh datang dan ingin jelajah Jember, maka akan saya ajak ke Museum Tembakau. Enak gitu. Bisa mengenal yang khas dari Jember, serta ngobrol-ngobrol cantik sambil ng-AC 😆Museum Tembakau berada di Jl. Kalimantan no.1 Jember. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari kampus Universitas Jember. Tapi sayangnya masih banyak mahasiswa yang belum tahu dengan keberadaan Museum Tembakau ini. Ya maklum sih, karena teman-teman tahunya UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang - Lembaga Tembakau Jember. Eh tapi kalau teman-teman melihat lebih jeli dan detail, sebenarnya ada plang tulisannya loh "Museum Tembakau dan Perpustakaan
Saya bersama para blogger: Zevi dan Mbak Prita (foto oleh Nana Warsita) |
Museum ini menyimpan benda-benda bersejarah dari para petani tembakau, pemilik gudang sortasi dan para eksportiren. Miniatur gudang atap, alat penggiling dan tembakau berbagai jenis dari penjuru negeri tersedia di museum ini. Benda-benda tersebut usianya telah mencapai 100 tahun.
Sebagai ruang publik yang berbasis edukasi, Museum Tembakau menyajikan informasi melalui buku-buku tentang tembakau, disertasi dari dalam dan luar negeri, presentasi audio visual, e-library dan jurnal ilmiah yang didukung oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Museum ini juga dilengkapi dengan SNI-corner yang memberikan informasi tentang Standar Nasional Indonesia.
Museum Tembakau hadir tak hanya untuk menunjukkan barang-barang bersejarah, melainkan untuk mengklarifikasi bahwa tembakau tak bersifat negatif seperti yang orang-orang bilang. Padahal para petani Jember hanya menanam, memanen dan menyiapkan tembakau untuk dikirimkan kepada para eksportiren di luar kota dan luar negeri. Orang-orang di luar Jember, percaya bahwa tembakau yang ditanam di tanah Pandhalungan adalah tembakau berkualitas terbaik.
Selain itu, orang-orang juga tahunya bahwa tembakau hanya digunakan sebagai rokok dan cerutu saja. Padahal... tembakau sudah dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti bahan baku pembuatan pupuk kompos, pestisida, bahan baku solar cell, parfum, kosmetik, minyak atsiri, sebagai antioksidan, parfum, dan masih banyak lainnya. Saya yang mengetahuinya saja dan ditunjukkan barang-barangnya, cukup terkejut ketika tahu bahwa tembakau dapat dimanfaatkan sebaik itu.
Museum ini terbuka untuk siapa saja, seperti masyarakat umum, akademisi, pengusaha, petani, dll. Teman-teman dapat berkunjung ke Museum Tembakau pada hari Senin-Jumat, mulai pukul 9-11 siang. Oh ya, catat, tidak ada HTM-nya yaa...
Saya secara pribadi, tak pernah menyesal menginjakkan kaki di Museum Tembakau. Banyak ilmu yang saya dapat. Dengan ilmu itu, saya semakin siap memplester mulut orang-orang yang mencibir bahwa Jember gudangnya rokok, padahal kan... ah sudahlah. Museum Tembakau, memang cocok dijadikan tempat wisata yang sarat edukatif dan cocok banget ditujukan kepada wisatawan yang ingin mengenal Jember lebih dekat.
Saya bersama Kak Ervan (sahabat Gus Ning), Kak Theo (youtuber), dan Zevi (blogger) |
BIN Cigar
Tak lengkap rasanya, berkunjung ke tembakau, tapi tak berkunjung ke salah satu perusahaan yang mengelola cerutu. Maka berkunjunglah kami ke BIN Cigar (Boss Image Nusantara Cigar) yang berada di Jl. Brawijaya No. 5, Jubung, Jember. Lokasinya bersebelahan dengan Rest Area Jubung. Setiap kali melakukan perjalanan Lumajang-Jember, saya selalu melewatinya, namun saya baru tahu bahwa ada perusahaan cerutu di jalanan yang sering saya lewati 😅BIN Cigar ini merupakan perusahaan produksi cerutu yang unik banget loh. Keunikannya adalah pembuatannya yang tidak menggunakan mesin, melainkan dengan ketelatenan dan keuletan para pekerjanya, atau bisa dibilang handmade. Pengrajin cerutu ini adalah kaum perempuan. Mengapa perempuan? Karena penataan tembakau hingga menjadikannya cerutu yang berkualitas baik, membutuhkan tangan-tangan halus, yang peka, yang ulet, dan yang tekun. Keempat hal itu tentulah lebih dominan dimiliki wanita daripada pria. Sepakat? 😆
BIN Cigar dapat memproduksi puluhan ribu cerutu dengan kualitas premium setiap bulannya. Antara lain Robusto, Corona, Half Corona yang tiap bulan menghasilkan 10.000 batang. Sedangkan La Nina, El Nino, dan Moon Light (cerutu kecil) dapat diproduksi sebanyak 20.000 batang per bulan untuk masing-masing jenis. Untuk kemasannya, produk cerutu BIN dikemas menggunakan wooden box (kemasan kotak kayu) dan paper box (kemasan kotak kertas).
Di BIN Cigar, kami berkesempatan untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses pembuatan cerutu handmade. Saya dan beberapa teman juga berkesempatan langsung mengikuti proses pembuatan cerutunya, yang diajari oleh para pekerjanya.
Wihiiii, saya senaaang sekali. Soalnya dulu saya hanya bisa melihat dari layar tv di Museum Tembakau, tentang para pengrajin cerutu. Lah ini sekarang saya berkesempatan untuk memegang tembakaunya, memilih tembakau yang bagus, memelintirnya, memotongnya, dan masih banyak lainnya. Saya merasa berada sedang di dalam mimpi saya sendiri 😅
Komunitas Sosial Media Jember bersama Ibu-Ibu pengrajin cerutu (foto oleh Andi Cipan) |
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka)
Kami pun bergegas lanjut ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao atau yang lebih sering disebut Puslitkoka. Lokasinya berada di desa Nogosari, kecamatan Rambipuji, Jember, yang berjarak 20km arah barat daya dari kota Jember. Searah dengan Tanjung Papuma yang berada di sisi selatan Jember. Ada baiknya, teman-teman singgah dulu ke Puslitkoka, lalu berlanjut ke pantai. Saya sih begitu, menyempatkan mampir ke Puslitkoka untuk cari ilmu tipis-tipis, lalu refreshing deh ke pantai.Ini kali kedua saya menginjakkan kaki di Puslitkoka. Sederhananya, Puslitkoka adalah lembaga penelitian yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional. Di tempat inilah, kopi dan kakao ditanam, sekaligus diteliti. Tempatnya luaaaaaas banget. Kalau saya lihat di denah Puslitkoka, area yang saya jelajah itu belum mencapai seperempatnya. Iya, saking luasnya.
Puslitkoka ini cocok banget buat teman-teman yang ingin menghilang sejenak dari keramaian kota Jember, lalu menikmati ketenangan Jember dari sudut lain. Pepohonan sangatlah rimbun, selalu ada di kanan kiri kami. Puslitkoka ini benar-benar mendamaikan, jarang banget terdengar suara berisik. Apabila teman-teman peka, maka akan terdengar daun-daun kopi dan kakao yang berbisik 😆
Terlebih dahulu, kami singgah ke kantor Puslitkoka, yang di dalamnya terdapat banner besar yang memuat sejarah pendirian Puslitkoka, mulai dari zaman penjajahan sampai merdeka seperti saat ini. Apabila teman-teman mendengarkan dengan seksama, beuh serius deh pasti bakalan takjub dengan Puslitkoka yang semakin berkembang dan semakin berprestasi.
Di dalam kantor, kami juga dapat melihat benih kopi dan kakao yang disimpan di dalam toples dan yang diawetkan, bentuk kultur jaringannya pada pisang, pupuk dan pestisidanya, serta masih banyak lainnya. Darinya, kami mengerti bagaimana wujud benih-benih kopi dan kakao. Rupanya, hampir sama seperti kecambah yaa 😆
Setelah dari kantor, kami berkesempatan untuk melakukan tour garden. Yeeeey 💃 Kami berkeliling kebun kopi dan kakao dengan menaiki kereta kayu yang unik banget. Kami takjub dengan kerapian barisan pohon kopi dan kakao yang membentang di kanan kiri kami.
Tenaaang, wisatawan yang memanfaatkan tour garden tak hanya berdiam diri saja melihat pemandangan yang ada, melainkan ada tour guide di masing-masing kereta. Mereka akan menceritakan tentang seluk beluk kopi dan kakao, sejarahnya, proses tumbuh kembangnya, proses pembuatannya serta prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh Puslitkoka. Sehingga, selesai dari itu kami juga mengantongi ilmu-ilmu tentang kerennya kopi dan kakao untuk dikabarkan kepada khalayak luas. Oh ya, kalau teman-teman mau ikut tour garden, cukup merogoh kocek sebesar 10.000 rupiah loh. Cukup hemat kan?
Tak hanya melihat-lihat perkebunan saja, kami diajak melihat-lihat pabrik serta peralatan pengolahan kopi dan kakao. Selain itu, kami juga diajak untuk melihat proses pengolahan, pembuatan, dan pengemasan kopi dan kakao dari balik jendela laboratorium. Meski hanya melihat dari balik jendela, namun sudah terlihat dengan sangat jelas bagaimana para peneliti dan laboran berproses menghasilkan kopi dan kakao yang memiliki cita rasa berkualitas.
Hal yang lebih seru lagi, kami juga dapat langsung menikmati hasil olahan kopi dan kakao di outlet kopi dan kakao. Outletnya sengaja dirancang mirip kafe, lengkap dengan baristanya. Produk olahan kopi dan kakao dikemas dan disajikan secara menarik dan berkelas, seperti puding, salad, es krim, sale, krim susu, dan masih banyak lainnya. Harganya terjangkau, mulai dari 3.000 rupiah, sampai yang 30.000 rupiah pun juga ada. Kesemua makanan dan minuman itu, berbahan baku kopi dan kakao. Tentunya, rasa sudah tidak diragukan lagi, pasti enak dan lezat.
Puslitkoka kini tak hanya berlabel sebagai pusat penelitian saja, melainkan sebagai taman eduwisata. Tujuannya? Tentulah supaya lebih dekat dengan anak-anak muda, yang secara tidak langsung akan mendorong lahirnya mimpi-mimpi baru untuk
mengembangkan kopi dan kakao seiring berkembangnya zaman.
Mengingat
bahwa kini Puslitkoka telah menyasar kepada anak-anak dan remaja, maka Puslitkoka
didesain semenarik mungkin untuk mengajak mereka mengenal dan menyelami
kopi dan kakao lebih dalam. Wihiii, saya suka banget dengan konsep Puslitkoka saat ini. Pengen banget ke Puslitkoka lagi, ngadem lagi, bercengkerama dengan pohon-pohonnya, lalu menikmati sajian khas kopi dan kakao.
---
Wihiiii, rupanya cukup banyak yaa catatan saya tentang 3 destinasi eduwisata ini 😅 Padahal saya masih belum membahas pantai-pantainya. Yuk ah, lanjut ke postingan berikutnya:
Menguak Keindahan Pantai Watu Ulo dan Papuma, Beserta Keindahannya
Wassalammualaikum wr wb
selamat pagi Mbak Ros. eh aku nyebutnya mbak nggap apa-apa, 'kan? hehe. asik ya bisa diundang ke dalam sebuah acara dan kita nggak datang atas inisiatif diri sendiri.
BalasHapuskalau aku baca di artikel ini kumpulan antar pengguna sosial media. oiya, itu kira-kira sosial media meliputi apa saja, mbak?