Konten [Tampil]
Menjalani KKMT selama 3 bulan di SMA 2 Jember merupakan kesempatan yang saya syukuri. Terlebih lagi ketika mendapat amanah untuk mengajar kelas XI A4, yaitu kelas yang sejak awal saya sudah menaruh feeling. Ya, kelasnya ramah.
Saya bersama guru magang lainnya |
Sebenarnya, seluruh kelas XI ramah semua, kami diizinkan mendatanginya satu persatu, merasakan euforia di masing-masing kelas. Lalu, pada akhirnya saya ditempatkan di XI A4, kelas yang saya menaruh rasa pada kehangatannya.
Lokasinya ada di pojokan sekolah. Gelap. Minim cahaya. Jadi, ketika mengajar, lampu harus terus dinyalakan.
Suasana kelas XI A4 |
Bagaimana dengan siswanya?
Siswanya cukup aktif, tapi beberapa, hehe.. Sebagian dari mereka, mungkin adalah seperti saya, yang meski tahu jawabannya, tapi tidak mau segera mengacungkan tangan untuk menjawab, hehe. Ya sudah, saya pun terkena imbasnya.
Ada amanah dari sekolah, bahwa anak-anak harus membaca asmaul husna ketika memulai pelajaran. Ada juga amanah dari Pak Heny (guru pamong), bahwa saya harus mengecek kehadiran anak-anak dengan cara memanggilnya satu persatu.
Untuk mengecek kehadiran mereka, saya melakukan hal yang berbeda. Sebelum saya mengecek kehadiran, saya akan memberi pertanyaan umum, lalu dijawab ketika saya memanggil nama mereka (sekaligus mengecek). Misalnya seperti ini, "Saya ingin tahu di mana rumah kalian. Untuk itu, ketika saya memanggil nama kalian, maka kalian harus menjawab lokasi kalian tinggal sekarang".
Bagaimana jawabannya? Beragam. Ada yang sok-sokan jawab Jepang 😂
Ketika memperingati hari kemerdekaan, saya melontarkan pertanyaan "Sebutkan nama pahlawan. Antar teman nggak boleh sama". Dari situ, anak-anak akan berusaha mencari nama pahlawan yang nggak akan sama dengan temannya. Mereka menggali ingatan mereka tentang nama-nama pahlawan yang ada di Indonesia. Hasilnya: Memuaskan. Era digital tidak membuat mereka lupa atas jasa-jasa para pahlawan.
Ada juga pertanyaan lain yang muncul karena baru saja saya berkunjung ke museum tembakau. Saya ingin tahu, bagaimana pendapat mereka tentang tembakau. Ada hal positit dan negatif yang mereka jawab. Juga ada yang no comment. Di akhir presensi, saya berbagi informasi bahwa tembakau juga bisa dijadikan parfum.
Ada salah satu pertanyaan seru, yaitu "10 tahun lagi, kalian bertemu Bu Rhosha dalam keadaan apa?" Maksudnya ketika mereka sedang berprofesi sebagai apa, lalu saya sedang ngapain waktu itu??
Cukup banyak yang menjawab, "Bu Rhosha datang ke saya untuk berobat karena saya jadi dokter". Buseeet, saya didoain sakit. Duuuh...
"Bu Rhosha, beli dagangan saya". Yang menjawab ini adalah siswi yang tiba-tiba datang ke meja saya sambil membawa dua kantong kresek besar berisi kaos kaki jualan. Hmm mantep 👍
"Mau menilang Bu Rhosha,". Ah buseeeet... calon polisi nih yang jawab. Tapi yaaa, jangan sampai ketilang laaaah...
Ada yang menjawab, "Saya sedang naik kendaraan tank, lalu Bu Rhosha memoto saya". Hmm oke..
Selebihnya saya lupa, hehehe...
Mengecek kehadiran siswa dengan memberikan pertanyaan berbeda setiap harinya, sangat saya rasakan dampak positifnya. Secara tidak langsung, saya lebih mengenal mereka, juga berinteraksi hangat dengan mereka. Saya pun juga akan tahu pandangan anak muda jaman sekarang, mengingat saya yang tak lagi berusia muda.
Mungkin, ketika saya diberi amanah untuk mengajar lagi di kelas, sepertinya saya masih akan menerapkan metode ini untuk membina interaksi yang baik dengan siswa.
Btw, baca lanjutan seriesnya di sini yaaa
Wassalammualaikum wr wb
Posting Komentar
Posting Komentar