Konten [Tampil]
Apakah masih bisa disebut kampung halaman jika pulang dari
tempat perantauan setiap weekend? Ah, ya tentulah, selama ada tempat untuk
merantau atau ada tempat yang dirindukan untuk berpulang, berarti masih
memiliki “kampung halaman”.
Tau kan, saya yang mana? hahaha |
Saya yang sejak kecil sampai SMA berada di Lumajang,
kemudian berkuliah di Jember yang jaraknya sekitar 60km, hmm…. Orang-orang
bilang, itu bukan tempat perantauan, soalnya kurang jauh, hahaha. Tak apalah,
toh saya hidup mandiri di sana, belajar banyak hal di sana.
Rencana Allah itu sudah tertata sedemikian rupa. Saya,
merantau di tempat yang jauh karena ternyata saya sangat dibutuhkan oleh
keluarga Lumajang, makanya saya ditempatkan di kota yang dekat, yaitu Lumajang.
Nah, sekarang saya akan
bercerita tentang kampung halaman saya. Dulunya disebut kota pisang, sementara
sekarang ini sedang digalakkan budaya Jaran Slining. Jaran Slining adalah kuda
peliharaan yang dihias-hias, dipercantik dengan kostum rame, kemudian diarak
keliling kota. Mereka diarak oleh orang-orang berpeci tinggi. Kemudian, ketika
nari ala-ala, pecinya bisa goyang-goyang, hehehe. Kapan-kapan akan saya bahas lebih rinci dan intim, eaaaaa
Jaran Slining (picture source: wisatalumajang.com) |
3 tahun kuliah di Jember, saya
cukup jarang pulang ke Lumajang. Aktivitas di Jember, membuat saya cukup sibuk
sehingga seringkali menunda kepulangan. Sekalinya pulang ke Lumajang, ee ada
aktivitas komunitas. Terkadang, kalau tidak ada agenda, saya berkunjung ke
rumah saudara.
Ketika berada di rumah, ada
beberapa hal rutin yang wajib saya lakukan, yaitu bersih-bersih rumah. Orang-orang
di rumah pada sibuk. Jadi, ketika saya pulang ke rumah, seringkali beres-beres
rumah. Nyempetin nyapu rumah, menata barang, mbersihkan kamar mandi, nyuci baju
setumpuk. Tentunya nggak saya kerjain sendiri, tapi bareng Ibu. Yaaa kan mana
mungkin Ibu saya ngerjain itu semua sendiri. Selama saya di Lumajang, biasanya
saya melakukan aktivitas rumahan seperti itu, supaya rumah jadi bersih, dan
supaya siap menjadi ibu rumah tangga yang baik, eaaaa
Apalagi aktivitas wajib yang
saya lakukan? Setiap minggu pagi, saya mengajak adek untuk bersepeda keliling
kota. Melewati jalan raya, lalu mengeliling Alun-Alun Lumajang. Sembari itu,
kami jajan, hahaha. Jadi, tujuan kami bersepeda adalah jajan alias beli
makanan, hahaha. Setelah itu, kami tidak langsung pulang, melainkan mampir ke
rumah Fatim. Setiap pagi itu, Fatim masih belum bangun. Tujuan kami datang ke
sana adalah membangunkan Fatim, lalu ketawa-ketiwi sebentar, kemudian pulang,
hahaha, kita evil banget.
Adek saya mainan kucing bareng Fatim |
Hal yang nikmat juga adalah
memasak. Di jember, saya nggak masak, emoh merepotkan yang punya rumah.
Jadinya, kalau di rumah, saya puas-puasin memasak. Ketika saya masak, ibu
standby di dapur, nunggu masakan saya, ah senangnyaaa…. Adek juga paling suka
masakan saya, padahal gitu-gitu aja, hehehe
Setiap minggu pagi, masakan
selesai kira-kira jam setengah 8. Kami menyantap makanan sambil menonton tv,
yaitu Demen Makan, yang dipandu oleh Kak Vivit Kavi. Bikin kesel sih nontonnya,
soalnya Kak Vivit makannya sok keenakan, bikin kita pengen juga, hehehe
Siang hari, biasanya saja
diminta Ibu untuk mengantarkan kulakan. Seneng-seneng aja siiih, soalnya saya
juga belajar bagaimana kulakan atau membeli barang secara grosir.
Menemani Ibu kulakan |
Setelah itu,
biasanya kami cuci mata ke toko baju. Tiap minggunya, toko baju yang kami
datangi berbeda-beda, padahal ya belum tentu beli, hehehe.
Cuci mata di toko fashion Jakarta |
Setelah dari toko baju,
biasanya kami jajan lagi, bawain camilan makanan atau minuman buat disantap di
rumah. Pokoknya nikmat banget kalau di Lumajang.
Kampung halaman itu identik
dengan mudik saat lebaran. Lalu bagaimana dengan saya? Hmm… kampung halaman orang
tua hanya berbeda kecamatan, jadi kira-kira setiap bulan kami ke sana. Apa
masih bisa disebut mudik? Hahaha…
Jika lebaran, orang-orang pada
mudik, saya dan keluarga juga sok-sokan mudik, yaitu ke rumah saudara di
Blitar, nginep sehari. Tujuannya untuk saling silaturahmi serta menikmati
riuhnya mudik, hehehe.
Ohya, tadi malam, saudara saya
yang dari Blitar datang ke Lumajang, pulang ke kampung halaman meski sebentar.
Nah, tadi malam datang ke rumah saya, ngobrol-ngobrol sambil makan-makan.
Rumah jadi rameeee |
Kampung halaman, tentu menjadi
hal istimewa bagi orang-orang yang berkesibukan di tempat perantauan. Namun,
kampong halaman juga menjadi hal istimewa bagi saya yang merantaunya sangat
dekat, karena saya bisa berkontribusi lebih banyak kepada keluarga saya.
Wassalammualaikum wr wb
Kenapa fotoku yang paling aneh sendiri???
BalasHapusSampean bukan yg pake kaos hitam kan mbak? Wkwk
BalasHapusBtw, saya dulu juga hampir tiap minggu pulang ke kampung halaman loh mbak..
Baca tulisan ini jadi pingin pulang.. Hiks
Mudiknya dekat ya, asyik banget :D Sama kaya temenku yang pulangnya sebulan sekali, begitu di rumah dia nyuci, beres-beres, masak... tidur :p
BalasHapusAku dooong. Dari TK sampai Sarjana sama orang tua mulu tinggalnya wkwk.
BalasHapusGiliran pas S2 merantau dan hidup sendiri kocar kacir berantakan semua hahahahhaha XD
Merantau walaupun dibilang masih kurang jauh, kalau sudah bikin tambah dewasa dan lebih menghargai arti kebersamaan dengan keluarga mah gak masalah. Yang penting manfaatnya dapat. ^^
BalasHapusSaya mah kaya bang toyib, jarang pulang. Jauh jeh rumahnya.
BalasHapus