Konten [Tampil]
Fiuuuh... saya baru bisa menulis lagi menjelang berakhirnya hari, karena kesibukan yang mendera, pun dengan diiringi drama karena lelah pikiran yang mengakibatkan lelah badan. 😪
22 Desember 2016 diperingati sebagai hari Ibu. Hari spesial untuk Ibu.
Namun perlu kita sadari bahwa hari Ibu memanglah setiap hari. Curahannya tanpa batas. Tapi, mungkin kita sangat perlu memperingati momen, untuk mengucapkan "Terima Kasih Ibu" bagi para anak mendewasa yang sudah cukup tersibukkan oleh kehidupan di luar rumah.
Bagaimana dengan saya dan Ibu?
Saya sangat sering kangen Ibu. Sering homesick, kangen Ibu. Ibu pun juga pasti sering kangen saya. Namun operator mempersulit hubungan kami, tarif telepon cukup mahal. Ibu masih belum punya smartphone, semoga dalam waktu dekat Ibu akan punya, jadi kita akan lebih mudah dan sering berkomunikasi.
Ibu itu sederhana. Mengajarkan kesederhanaan. Ibu bilang, bahwa beliau bersyukur punya anak seperti kami, yang hidup sederhana (tapi tidak memungkiri bahwa tentu ada barang prestise yang kami punyai karena kebutuhan). Yang penting ada, yang penting pas. Cukup sesederhana itu. Nggak perlu Ibu repot-repot pontang-panting cari barang untuk memenuhi kemauan anaknya. Cukup memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa hidup itu perlu disederhanakan.
Ibu itu seru. Seseru kita nggosip. Seseru kita bercanda. Seseru kita bermain tablek nyamuk sampai Ibu tertawa terpingkal-pingkal. Seseru keluhan Ibu yang lucu. Seseru kita yang gonta-ganti pose tapi ternyata nggak ada hasil fotonya 😂😂
Ibu itu pendengar yang baik. Selalu mau mendengarkan cerita-cerita saya mulai dari a sampai z. Tentang sekolah, tentang tugas-tugas kuliah, tentang dosen-dosen yang warbiyasah, tentang organisasi, tentang makanan yang saya makan, tentang orang-orang yang menginspirasi saya dan hal-hal sederhana di sekitar saya. Ibu selalu menungu saya bercerita.
Politik pun, saya ceritakan. Hal yang booming, saya ceritakan, supaya Ibu tahu, supaya Ibu nggak ketinggalan berita. Bahkan saya rela berjalan mengikuti Ibu yang sedang sibuk, hanya untuk menceritakan hal-hal yang saya alami. Ya Salaaam.... sebegitunya...
Hal menyenangkan seperti ini, termulai ketika saya pindah ke rumah baru. Senaaaang sekali, ketika pulang ke rumah, disambut oleh Ibu di toko. Lalu duduk di kursi kasir, sambil bercerita "tadi ngapain aja". Semua saya ceritakan, kecuali kisah cinta, saya masih malu. Juga, saat itu Ibu masih awam atau wanti-wanti supaya saya tidak mengenal cinta. Tapi akhir-akhir ini, Ibu sudah mulai terbuka dan berpikir lapang bahwa sudah saatnya saya memperkenalkan orang yang dekat dengan saya, minimal supaya Ibu tahu saya sering bersama siapa.
Ibu, hobinya membuat sesuatu yang disebut kerajinan. Ibu itu menguasai bidang seni, terutama menjahit. Ditekuni juga merajut, membuat bros dari kain flanel dan kain wol. Keahlian tersebut, menurun kepada saya, tetapi saya terlambat menyadari bahwa saya mewarisi bakat tersebut. Maka kini saya mulai mencoba mengawalinya kembali, meskipun jadinya agak kaku atau masih terasa berat.
Pagi tadi, kami sms-an. Lalu, saya mengirimkan sms kepada Ibu "Selamat Hari Ibuku yang Setiap Hari"... seperti biasa, tidak dibalas. Malu biasanya.
Lalu, siangnya, saya menelepon Ibu. Kemudian Ibu bercerita, bahwa.... "Tumben, Rhosha gak ngucapin. Eeee, tiba-tiba ada sms dari Rhosha.." Hehehe... ternyata Ibu menunggu ucapan dari anaknya yaaa, hehehe... Pasti mukanya Ibu memerah, hehehe...
Saya bersyukur, dilahirkan dari rahim seorang wanita mulia bernama Siti Handayani, yang hatinya selembut kapas, dan yang jiwanya setegar karang. Semoga saya mewarisi perilaku baik yang Ibu miliki.
Sembari itu, senja tadi saya tersadarkan bahwa ada janji yang harus saya lunasi. Janji itu akan membahagiakan Ibu. Janji itu adalah wujud dari keringatnya Ibu, perjuangan Ibu yang rela jaga toko mulai jam 6 pagi sampai setengah 5 sore. Berdiri. Melayani pembeli. Pun masih menjadi Ibu rumah tangga. Berdosa apabila saya tak mampu membahagiakannya, tak mampu meneruskan cita-citanya.
Mimpi ini sempat terjegal. Dijegal sana, dijegal sini. Sampai akhirnya didapatkan solusi (saya sadari bahwa solusi datang tidak cepat, juga tidak lambar, namun tepat waktu). Kemudian saya mantapkan bahwa saya akan melanjutkan mimpi itu. Meskipun saya harus terseok-seok mengejarnya, walaupun saya harus terjatuh-jatuh meraihnya. Boleh jatuh, asal bangun. Boleh jatuh, asal cinta. Ihiiir...
Di hari yang spesial ini, saya memantapkan diri saya untuk segera melunasi janji yang membahagiakan itu sebagai ucapan terima kasih kepada Ibu saya. Saya harap, semoga teman-teman turut mengamini.
Saya sampaikan "terima kasih" kepada para Ibu di dunia, yang telah melahirkan dan mendidik kami sampai sehebat sekarang. Kami hebat, tentu karena didikanmu, asuhanmu dan kasih sayangmu.
Entah, harus bagaimana lagi saya mengungkapkan rasa kasih sayangmu selama 2 dasawarsa ini. Tak akan terbalas dengan tulisan ini yang hanya dibuat dalam waktu setengah jam.
Ibu, sekali lagi "Terima kasih"
Wassalammualaikum wr wb
Selamat hari ibuuuu *telat kaga ngapa dah yaaakk...
BalasHapusHahahha
Kalian mirip yaah...
*dikeplak...