Konten [Tampil]
Kini saya sudah kecemplung ke dunia pendidikan. Yaa, dunia
yang menyenangkan. Menyenangkan jika kita menikmatinya. Menikmatinya jika kita
mencoba mengikhlaskan, lalu menjadikannya sebuah tantangan indah yang harus
ditaklukkan, yeaaah.
Pasukan kelas mikro D |
Semester 6 kemarin, kami ada mata kuliah Pengajaran Mikro,
yaitu mengajar skala kecil. Jumlah mahasiswa per kelas tidak lebih dari 15,
sedangkan kelas saya hanya berisi 7 mahasiswa kece dengan dosen pengampu Pak
Wahyu yang super kece.
Pada mulanya, kami belajar mengenai keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain: bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing
diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan. Kami mempresentasikan salah satu keterampilan dasar tersebut,
lalu mendiskusikan kemungkinan permasalahan yang akan terjadi di dalam kelas
nantinya.
Mata kuliah ini menyarankan agar mahasiswa pandai mengajar,
ya minimal siap apabila masuk ke dalam kelas dan berhadapan dengan beragam
karakter siswa. Tidak ada ujian tulis di mata kuliah ini, karena nggak akan ada
artinya, hehe. Melainkan ujian praktek.
Rencana dan pengennya Pak Wahyu adalah kami akan melakukan 3
kali ujian praktek. Yang pertama, praktek mengajar di hadapan teman-teman
sendiri. Yang kedua, praktek mengajar di sekolah beneran. Yang ketiga, praktek
mengajar mahasiswa S1 pada mata kuliah Fisika Bumi Antariksa (FBA).
Lah, praktek yang ketiga ini kan cukup bikin kacau ya.
Secara ilmu kita tentang FBA sangat minim, malah justru nggak ingat apa-apa,
tentang apa itu azimuth dan teman-temannya. Alhamdulillah, praktek yang ini
ditiadakan. Melainkan diganti dengan praktek mengajar di hadapan rekan-rekan
sejawat tetapi materi yang diajarkan harus ada praktikumnya.
Tes mengajar kami juga nggak lepas dari RPP kok. Nggak
gampang sih bikin RPP. Harus ini, harus itu, harus membuat kita berpikir keras.
Untuk sementara ini sih, RPP dipertanggung jawabkan kepada dosen. Kalau saat
awal mengajar di sekolah, dipertanggung jawabkan terhadap diri sendiri, maklum
masih idealis. Kalau
sudah lama mengajar, hmm… pertanggung jawaban seadanya aja
kayaknya. Biasanya sih guru-guru begitu.
Makanya guru-guru tua, hmm maksudnya
guru-guru yang sudah berpengalaman jarang sekali melakukan inovasi, memperbarui
RPP, makanya cara mengajarnya ya begitu-begitu saja. Mungkin beban hidupnya
bertambah kali ya. Yaa, diwajarin aja deh ya, hehe.
Alhamdulillah, untuk ujian praktek mengajar yang ketiga,
saya terbilang cukup lancar membawakannya. Meskipun sebelumnya saya harus rela
berganti RPP sampai 4 kali karena saking nggak cocoknya dengan RPP sebelumnya.
Sampai akhirnya saya mengambil materi yang paling mudah, sederhana, lalu
mengemasnya dengan kece, di luar dugaan. Serta mengajarnya sesuai panduan RPP
yang telah saya buat.
Duuuuh, dag dig dug ser di hari terakhir tes pengajaran
mikro. Alhamdulillah, sesuai doa, apa yang kami harapkan, terkabulkan lebih
indah di luar dugaan.
Pak Wahyu menitipkan banyak pesan kepada kami. Saking
banyaknya, mungkin nggak ada satupun yang saya ingat, hehe.
Pak Wahyu, mukanya bersemu merah, gara-gara pake hapenya gutte yang pake fitur pipi merona. Duuuh kan Pak Wahyu jadi unyuuuuuu |
Semester 7 ini, kami akan melakukan KKMT (Kuliah Kerja
Mengajar Terbimbing). Kalau dulu disebut PPL, tapi saya nggak tahu
kepanjangannya sih, hehe. KKMT ini mengharuskan kita selama 3 bulanan untuk
terjun ke dunia pendidikan yang sesungguhnya, yaitu mengajar di sekolah,
berhadapan dengan siswa-siswi sambil menularkan ilmu yang kita miliki.
Tentunya, ada penempatan KKMT. Satu sekolah biasanya berisi
dari 5 mahasiswa dengan prodi yang sama, di sana juga akan bertemu prodi
lainnya. Yang dikhawatirkan oleh teman-teman adalah “dirinya akan ditempatkan
dimana?”.
Mereka terlalu
khawatir, terlalu mencemaskan. Bagaimana kalau sekolahnya jauh?
Bagaimana kalau nggak ada teman plek yang satu penempatan? Bagaimana kalau ini
dan itu, yang… menurut saya… kita harus siap ditempatkan dimana saja, bagaimanapun usahanya.
Tapi bolehlah yaaa manusia berdoa. Harapan saya saat itu,
semoga ditempatkan di sekolah yang dekat-dekat saja, supaya saya mudah untuk
melakukan bimbingan skripsi. Saya terpikirnya, mengajar di SMP 3 Jember (SMP
sebelah kampus). Pengennya sih di situ, soalnya nggak jauh-jauh amat.
Ternyata… saya ditempatkan di SMA 2 Jember. Alhamdulillah,
lokasinya sangat dekat, berada di sebelah kampus juga, hehe. Hmm, termasuk sekolah favorit sih. Sempat khawatir
nggak bisa menaklukkan siswanya, tapi langsung bangkit, optimis, bahwa saya
bisa menaklukkan siswa di sekolah tersebut.
Ada teman-teman yang meminta tukar dengan saya untuk
mengajar si SMA 2, ya saya sih boleh-boleh saja, tetapi kalau dipikir-pikir
lagi, alangkah lebih indah jika saya tetap bertahan di SMA 2.
Gara-gara teman-teman banyak yang nggak cocok, kurang
bersyukur dan kurang ikhlas, maka penempatan lokasi KKMT diplotting lagi. Duh
kah arek-areeeek…
Plottingan yang terbaru adalah menempatkan saya di tempat
yang sama, yaitu SMA 2. Untuk mahasiswa yang IPKnya tinggi, ditempatkan di SMA
1 dan SMA 2, supaya bisa menjaga nama baik Universitas Jember katanya. Jadinya,
di data plottingan, dicantumkan nama mahasiswa, lokasi penempatan dan juga
nilai IPKnya, biar nggak ada yang protes gara-gara nggak mau ngajar di SMA
favorit tersebut. Hal seperti ini hanya berlaku di prodi Pendidikan Fisika, duh
sedih ya, IPKnya dipampang karena ada keegoisan pihak tertentu.
Tanggal 5 akan ada pembekalan. Rencananya tanggal 8 kita
akan terjun ke lokasi. Hmm…. Saya membayangkan bagaimana bentuk dalam
sekolahnya, keramahan guru-gurunya, merekahnya senyum anak-anak, duuuh
gemesnyaaaa….
Inshaa Allah, saya siap mengajar.
Mengajar itu enak. Kita seperti artis yang ditonton oleh
siswa. Artis dengan bakat mumpuni, menguasai materi, lalu bersiap untuk
dibombardir segala jenis pertanyaan. Yeaaah!
Good teaching is ¼ preparation and ¾ theatre
-Gail Goldwan-
Wassalammualaikum wr wb
^,^
Posting Komentar
Posting Komentar