Konten [Tampil]
Kemarin siang (27 Juli 2016),
saya dikejutkan dengan notifikasi di grup watsap KI Lumajang mengenai surat
dari Pak Anies bahwa beliau tidak akan duduk lagi di kursi kementerian.
Saya yang menuai harapan pada beliau merasa linglung seketika, ini beneran Pak
Anies mau direshuffle? Saya cek di official facebook Setkab RI. Baruuuu saja
rilis nama-nama menteri baru dan posisinya. Langsung saya baca ke bagian
menteri pendidikan dan kebudayaan yang kini dipimpin oleh Prof Muhajir.
Pak Anies... saya kudu mbrebes mili... (sumber gambar: http://makassar.tribunnews.com/2016/07/27/setelah-dicopot-jadi-mendikbud-ini-surat-anies-baswedan-untuk-para-guru) |
Langsung runtuh hati saya. Saya
gak jatuh hati pada mendikbud baru. Justru saya patah hati. Saya masih berharap
banyak bahwa Pak Anies akan memperbaiki pendidikan Indonesia lewat jalur
pemerintahan dengan posisinya sebagai menteri.
Surat dari Pak Anies sudah mulai
bertebaran di media sosial. Saya menerimanya, nggak sanggup untuk membacanya. Saya
baru membacanya tatkala menjelang tidur. Surat yang ditulisnya bagaikan surat
penolakan dari seorang yang saya cintai. Seperti orang menjalin hubungan, lalu
putus, karena tidak direstui oleh orang tua. Sediiiih banget. Mata saya
berkaca-kaca, nggak kuat.
Sejak siang sampai malam, saya
masih bertanya-tanya mengapa Pak Anies dicopot dari jabatan menteri? Saya baru
menemukan jawabannya tadi pagi. Menurut beberapa pihak yang menilai alasan
reshuffle kabinet adalah Pak Anies memang tidak cocok jadi menteri yang membuat
kebijakan teknis, beliau lebih cocok jadi inspirator untuk hal-hal yang
bersifat umum dan universal.
Hmm… yakin begitu? Saya merasa
bahwa ketika Pak Anies menjadi menteri, berarti saya memiliki menteri yang
menyapa dengan penuh kehangatan, menyampaikan pemikirannya disertai rasa kasih
sayang, berkunjung ke sekolah-sekolah dengan ramah, dekat dengan anak-anak di
penjuru negeri dan kemesraan lainnya (eaaaaaa baper jadinya). Jarang banget loh
saya mendapatkan sosok menteri seperti beliau, yang berkata-kata dengan hangat
ramah santun dan menginspirasi, yang memiliki pemikiran revolusioner untuk
menghapus kegiatan yang merusak moral generasi bangsa, juga sangat sadar bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab bersama.
Tetapi mengapa Pak Anies dicopot
dari jabatan mendikbud?
Memulai Untuk Belajar Berintegritas
Kita tahu bahwa beragam kebijakan
telah ia lakukan demi memperbaiki bobroknya pendidikan Indonesia, khususnya
mental dan moral anak-anak Indonesia. Saya sangat senaaaaang ketika UN kemarin
tidak lagi berslogan LULUS 100% yang menjadikan para siswa harus lulus 100%
dengan menghalalkan segala cara. Duh, hanya mementingkan angka, presentase,
bukan kualitas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik.
Kembali kepada kejujuran (sumber gambar: wartakita.com) |
Alhamdulillah, kini telah
berganti, menjadi JUJUR 100%. Aduhaaaai, saya membayangkan indahnya Indonesia
30 tahun lagi karena anak-anak saat ini nantinya akan menjadi para pemimpin
yang berintegritas. Tak hanya itu, bahkan siswa diminta menyalin ulang satu
kalimat yang menyatakan bahwa ia mengerjakan lembar ujian itu dengan jujur. Duh
kudu mbrebes mili, bahwa kata-kata yang tertulis itu akan tertanam dalam benak
siswa. Sampai akhirnya banyak siswa yang angkat bicara mengenai perilaku
teman-temannya yang berbuat curang ketika mengerjakan UN. Aduhaaaai, indahnya
negeri ini 30 tahun lagi.
Akhir-akhir ini, Indonesia kacau karena wabah
penyakit korupsi masih menjalar ke berbagai sektor, seakan-akan nilai kejujuran
tidak lagi berharga. Dengan kebijakan baik seperti UN JUJUR 100%, kita akan
kembali mengingat bersama bahwa Indonesia tidak butuh banyak orang pintar,
cukup orang jujur agar Indonesia lebih baik dan damai. Saya masih menyimpan
penuh harap tentang indahnya Indonesia di tahun merdekanya yang ke-100.
Yang Dibenci dari Kemendikbud Era Lama
Ada salah satu hal yang saya
benci dari kemendikbud, sejak dulu, dan Alhamdulillah tidak untuk sekarang,
yaitu mengenai MOS (Masa Orientasi Siswa) yang selalu berbau perpeloncoan
sehingga merusak mental dan moral anak didik.
Heran deh, dulu tahu kan kasus
IPDN yang perploncoan, kasus di berbagai universitas yang mahasiswanya mati
gara-gara saat ospek cuma dikasih minum sebanyak tutup botol air mineral (ih
gilaaaaaaa banget). Kasus itu tidak terekspose ke media televisi, hanya masuk
di koran, si politekniknya malu. Duuuuuh, miris ya. Nggak cuma satu yang kayak
gini, buaaaaanyaaaaaak…
Saat MOS SMP, saya dan
teman-teman disuruh pake gelang 3 warna dari bahan sedotan berjumlah 18 buah,
pake kaos kaki beda warna, pake topi bentuk micky mouse dari bola dan dikasih 2
balon. Buodoh banget saya saat itu, mau-maunya diperintah nggak jelas. Lebih
bodoh lagi kakak tingkat yang jadi panitia, mereka cuma mau balas dendam.
Guru-guru kok juga diam saja. Padahal MOS kayak gini nggak ada manfaatnya.
Kira-kira seperti ini MOS saya saat SMP. Hina kan? (sumber gambar: http://www.antarabengkulu.com/berita/38544/tidak-ada-siswa-terlibat-mos-di-mukomuko) |
Saat SMP dan SMA, kami disuruh membawa
makanan yang nggak jelas namanya. Memang makanan tersebut akan dimakan sendiri,
tapi jangan diperumitlah untuk mencarinya, hanya membuang-buang waktu, nggak
bermanfaat. Ada lagi nih, satu acara yang sama sejak SMP sampai kuliah, yaitu acara
bentak-bentak nggak jelas. Duh, manfaatnya apa? Kok berani-beraninya marahin
anak baru? Dosen atau gurupun juga masih mikir-mikir untuk memarahi anak baru,
karena mereka punya otak. Sedangkan, kakak tingkat?
Saat itu saya tidak tahu mengapa
kasus perploncoan dan MOS bodoh seperti ini masih terus dibiarkan. Padahal,
salah satu fakta yang terjadi adalah teman-teman saya ingin ikut OSIS (saat
SMP, SMA) untuk ngerjain adik kelas atau balas dendam di acara MOS. Kan udah
bobrok mental mereka.
Kemana sih kemendikbud? Kok nggak
dilarang? Lalu kepada siapa saya berharap bahwa kasus perpeloncoan terhadap
anak baru ini dihentikan? Katanya melindungi segenap bangsa…. Tapi masih
menunggu apa?
Alhamdulillah, tahun lalu sudah
ada tindakan tegas (meski terlambat) mengenai perintah bahwa siswa tidak perlu
menurut panitia MOS yang memerintah untuk membawa dan mengenakan atribut aneh-aneh
tak bermanfaat. Minimal, sudah ada tindakan tegas dari kemendikbud mengenai
kegiatan MOS yang merusak moral ini. Kemendikbud yang lama kemana aja sih kok
tega-teganya membiarkan saya dan teman-teman mengikuti perintah bodoh dari
panitia MOS?
Duuuh bakalan jadi malu itu sekolahnya. (sumber gambar) |
Alhamdulillah lagi, kini aksi
nyata telah dimulai. Saya sangat senaaaang sekali bahwa MOS diganti dengan PLS
(Pengenalan Lingkungan Sekolah) untuk lebih mengenal lingkungan sekolah
berkaitan dengan fungsi ruangannya, mengenal guru dan stafnya, belajar tentang
integritas, budaya, dsb. Mata saya berkaca-kaca, bersyukur, akhirnya adik kelas
saya tidak merasakan apa yang saya rasakan. Bersyukur, dengan adanya kebijakan
ini, secercah harapan datang bahwa Indonesia akan sepenuhnya bebas dari
tindakan kekerasan atau perpeloncoan tidak bermanfaat seperti yang sudah
berlalu.
Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah
Himbauan untuk mengantar anak di
hari pertama sekolah? Wuaaa saya kudu mbrebes miliiii… Saya membayangkan
indahnya gerbang sekolah yang dipenuhi senyuman para orang tua kepada anaknya,
sambil mengingat-ingat bahwa anak-anak merekalah yang mampu mengubah nasib
bangsa sesuai dengan yang dicita-citakan oleh para pendiri dan penggerak
Indonesia.
Mata orang tua yang berbinar penuh harap (sumber gambar) |
Hal ini memang adalah hal
sederhana, tapi tentunya akan berdampak besar kepada psikologis anak. Anak akan
merasa percaya diri untuk menimba ilmu di sekolah barunya. Ingin rasanya saya
sekolah lagi, lalu diantar orang tua dengan penuh senyuman di hari pertama
masuk sekolah. Duuuh, karena gerakan ini, pendidikan Indonesia menjadi hangat
dan mesaraaaa…
Saya kudu mbrebes mili maneeeh (sumber gambar: http://pilarbanten.com/index.php/berita-utama/item/2401-orang-tua-dianjurkan-mengantar-anak-di-hari-pertama-masuk-sekolah.html) |
Keluarga adalah Madrasah Pertama Si Buah Hati
Hal lain yang sering kita lupakan
adalah bahwa mendidik adalah tugas guru. Duh, enggaaaak. Mendidik pun juga
tugas keluarga. Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak, mengenai tata karma,
mental dan moral yang mendasar. Kata-kata yang selalu tertanam pada benak anak
berasal dari mulut keluarga, selaku orang terdekat.
Judul seminarnya romantis banget siiiiiih |
Maka dari itu, perlunya Dirjen
Pendidikan Keluarga yang diluncurkan oleh Pak Anies. Tetapi, saya masih belum
tahu dampaknya sih, hmm mungkin masih baru kali ya. Namun yang jelas, saya
sangat menghargai tujuan dibentuknya dirjen pendidikan keluarga ini. Pak Anies
menjadikan keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan. Menjadikannya
sepenting kurikulum, dana BOS, dan lainnya.
Bagaimana dengan Kurikulum 2013?
Hmm… bicara kurikulum… sepertinya
Pak Jokowi kurang merasa greget dengan penerapan kurikulum 2013 atau KTSP yang
masih terombang-ambing sehingga menggalaukan para guru, membingungkan peserta
didik dan orang tua.
Sebenarnya, K13 itu baguuuuuus
banget, sifatnya tematik. Keceeee banget, bahkan rasa-rasanya saya ingin
kembali ke SD untuk mempelajari lagi buku-buku SD K13 dengan penuh senyuman dan
dengan imajinasi yang sangat liar. Misalnya seperti ini, di buku SD. Saat itu
temanya tentang keberagaman budaya Indonesia, salah satunya adalah rumah adat.
Siswa diajak untuk mengenal rumah adat dan melestarikannya karena beragam
keunikan rumah adat merupakan khazanah budaya bangsa yang harus dibanggakan. Salah
satu rumah adat yang cukup unik adalah rumah adat Minangkabau yang memiliki
atap lancip di sisi-sisinya. Dari atap lancip tersebut, siswa akan belajar
mengenai sudut lancip. Selain sudut lancip, juga ada sudut tumpul dan lainnya.
Ketika saya membaca buku tersebut, duuuh saya merasakan pembelajaran yang
bermakna. Indaaaaaah sekali.
K13 yang indah tersebut adalah ciptaan
dari kementerianya Pak Nuh, namun sayang sekali implementasinya terlalu
dipaksakan, yaitu diterapkan ketika masa jabatannya akan habis, sehingga
guru-guru hanya mengikuti penataran secepat kilat untuk mempelajari konsep dan
maksud K13. Wahai Pak Nuh, K13 itu indah, tetapi akan lebih indah jika
implementasinya tepat sasaran dan tepat waktu. Saat itu masyarakat memang belum
siap, mereka butuh waktu untuk mempelajarinya. Semua itu butuh proses Pak Nuh.
Kini, warisan K13 adalah problematika yang harus dibijaki secara cermat oleh menteri baru, Pak Anies (selama 20 bulan kemarin).
Bagaimana nggak galau, ya? Begini deh, kita berpikir bersama. Ketika menteri
Bagaimana nggak galau, ya? Begini deh, kita berpikir bersama. Ketika menteri
Mbak Raisa (sumber gambar: http://www.musikkeren.com/2015/05/download-midi-karaoke-raisa-serba-salah.html) |
Kebijakan yang diambil oleh Pak
Anies kemarin-kemarin adalah (kalau tidak salah loh ya), silahkan
sekolah-sekolah yang dianggap mampu dan siap untuk melaksanakan K13, sekaligus
menjadi sekolah percontohan, sementara itu sekolah lain tetap menerapkan KTSP
sambil mempelajari bagaimana proses implementasi k13 tersebut. Pun sebenarnya,
kalau kembali ke KTSP, tetap akan menuai pro kontra.
Dengan seringnya pergantian
kurikulum, masyarakat dapat menilai bahwa setiap ada menteri baru berarti ada
kurikulum baru. Duileeeeh… ribet amat sih pak menteri. Yaa, mungkin memang pada
dasarnya saya juga tidak mengetahui seluk beluk dan kerepotan yang terjadi di
kementerian.
Mungkin gara-gara K13 itu kali
ya, Pak Anies dicopot dari jabatan menteri. Tapi yaa, tentunya kita selalu
memahami bahwa Pak Anies telah melakukan yang terbaik selama 20 bulan kemarin. Juga,
tentunya kita selalu memahami bahwa Pak Jokowi selaku presiden telah memikirkan
matang-matang mengapa perlu adanya pergantian kabinet. Mari kita percayakan
saja kepada presiden yang telah kita pilih.
Prof Muhajir? Sopo Iku?
Posisi Mendikbud yang baru telah
digantikan oleh Prof Muhajir. Hmm sopo iku? Kok saya nggak pernah tahu ya.
Kemudian saya dikirimi cvnya Prof Muhajir, lalu saya baca… hmm… kok saya belum
terkesan ya? Hmm, memang yang saya baca cvnya sih, bukan karyanya, hehehe.
Inshaa Allah kalau baca dan melihat karyanya, saya akan terkesan, itupun kalau
mudah dicerna oleh otak saya, hehe..
Saya bertanya-tanya, mengapa Prof
Muhajir yang menjadi menteri. Sehebat apakah ia? Hmm… menjadi rektor selama 16
tahun (sejak tahun 2000 sampai 2016) bukan sesuatu yang membuat saya terkesan
sih, justru malah seperti haus akan kekuasaan, kecuali kalau memang
kebijikannya seperti itu. Mungkin juga karena Prof Muhajir memang benar-benar
berkompeten sehingga mampu menjadikan UMM sebagai universitas swasta terbaik.
Berarti beliau sudah dipercaya selama 16 tahun kepemimpinannya. Tapi biaya
kuliah masih mahal sih, khawatir ntar biaya pendidikan yang mahal justru
diterapkan ke sekolah-sekolah (yang sudah mulai gratis). Hmm… tapi pemikiran
saya ini nggak logis sih. Cuma memandang sebelah Prof Muhajir. Kurang
menghargai beliau.
Status atau profesi Prof Muhajir
lainnya adalah sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (periode 2015-2020).
Pertanyaan saya, ada apa dengan Muhammadiyah? Saya mencoba untuk mencerna.
Tapi, Muhammadiyah bukan partai politik kan ya? Saya nggak begitu paham
mengenai parpol-parpolan.
Disertasinya berjudul Pemahaman tentang
Profesionalisme di Tingkat Elit TNI-AD (Studi Fenomenologi pada Perwira
Menengah TNI-AD di Daerah Garnizun Malang). Hmm, mana pendidikannya, kok yang
dibahas berbau militer ya?
Tesisnya berjudul Analisis
Kebijakan Bantuan Dosen Pegawai Negeri Sipil untuk Perguruan Tinggi Swasta di
Indonesia. Hmm, ini boleh siiiih, keceeeee. Kecenya pake badaaaai…
Beliau juga pernah belajar di The
Management for Higher Education, Victoria University, British Columbia, Canada.
Wuooo boleh, minimal beliau ada ilmu di bidang pendidikan lah yaaaa….
Beliau juga aktif menulis,
artikelnya banyak terpublikasikan di media pers. Alhamdulillah, saya turut
senang. Karena menurut saya, orang yang pandai adalah orang yang masih rajin
menulis untuk menyampaikan aspirasi, pemikiran, dan gagasannya. Menteri yang
nggak pernah nulis artikel berbobot, hmm panutan macam apa itu? Apa kabar Mbak
Puan?
Beliau memublikasian beberapa
buku, di antaranya Menata Kualitas Pendidikan Muhammadiyah, Muhammadiyah dan
Pendidikan di Indonesia, Pedagogi Kemanusiaan Sebuah Refleksi Multidimensional,
Bunga Rampai Pendidikan, Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, dan sejumlah
buku lain yang tidak terkait dengan pendidikan.
Peh, kayaknya orangnya pinter banget. Bersih juga. Titip pendidikan negeri ini ya Pak. |
Selamat datang kembali Bu Sri tercintaaaa.... Terima kasih telah merelakan gaji segede gaban di bank dunia untuk kembali mengabdi pada negeri. We love you Bu sri.... |
Pak Eko, samean kok guanteng banget toh |
Pak Enggar kalo ketawa lucu bangeet, kayak dedek bayi. Bikin gemes deeeeh... |
Pesan Pertama dari Mendikbud Baru
Lalu, kemarin sore (28 Juli
2016), saya mendapat pesan dari mas Enjang melalui grup watsap, tentang pesan
pertama Prof Muhajir Effenfy sebagai Mendikbud.
Guru adalah kunci kesuksesan pendidikan generasi penerus. Karena itu
guru harus benar-benar cakap, kompeten dan professional dalam melaksanakan
tugas mendidiknya. Untuk itu seharusnya guru datang dari kelompok warga bangsa
yang cerdas, punya idealism, berpandangan luas, dan dedikasi yang tinggi.
Pemerintah berkewajiban mengembangkan iklim kerja pendidik yang
benar-benar kondusif dan inspiratif agar guru berkembang dan maju. Selama ini
guru diperlakukan sama saja dengan pegawai yang lain seperti pegawai
administrasi pada umumnya. Lebih buruk lagi iklim kerja yang hanya
mendisiplinkan guru dengan
menakut-nakuti dengan sanksi-sanksi seperti pencabutan tunjangan pendidik,
hambatan kenaikan pangkat, dsb., tidak mendidik dan tidak mendorong guru untuk
maju. Iklim kerja seperti itu harus ditinggalkan karena hanya cocok untuk kuli
tanam tebu jaman kultustelsel dan tidak mengundang putra-putra terbaik bangsa
untuk menjadi guru.
Hmm, pertanyaan saya, itu beneran
yang nulis Prof Muhajir? Kok yaaaa begitulah. Hmm, kata-katanya terlalu teknis
sih, beda dengan Pak Anies yang romantis (eaaaa baper). Ohya, lupa, Pak Jokowi
butuh yang pandai mengambil kebijakan teknis ya? Oh, bolehlaaah… Tapi Prof
Muhajir, tolong dong jangan pakai kata kiasan atau perumpamaan yang kasar,
seperti kuli tanam tebu jaman baheula, kurang cocok ah kalau kata-kata tersebut
keluar dari mulut seorang menteri, apalagi menteri pendidikan dan kebudayaan.
Tapi saya yakin, Inshaa Allah, Prof Muhajir bisa memperbaiki kata-kata jelek
tersebut, menjadikannya tetap sedap didengar melalui telinga.
Mari Doakan Bersama
Reshuffle telah terjadi. Apapun
yang terjadi, pun harus kita terima dengan lapang dada. Bahkan mendukung dan
selalu mendoakannya sepenuh hati. Kecuali kalau sudah bertindak macam-macam,
baru kita hajar bareng-bareng.
Saya sebagai warga biasa yang
bermimpi Indonesia akan semakin indah dan kece, hanya bisa membantu melalui
doa, semoga Prof Muhajir dan tim dari kemendikbud dapat mengemban tugas “…mencerdaskan
kehidupan bangsa…” yang tentunya dibantu oleh guru, kalangan akademisi serta
seluruh rakyat Indonesia.
Selamat bertugas Pak Menteri
Muhajir, kami menanti-nanti kebijakan baru untuk kualitas Indonesia yang lebih
kece…
Sudah Ikhlas?
Inshaa Allah bisa mengikhlaskan,
menerima.
Kami mengikhlaskan Pak, menyambut dengan gembira (sumber gambar: http://nasional.kompas.com/read/2016/07/28/16041891/detik-detik.anies.baswedan.dicopot.) |
Memang sih, pada mulanya saya belum menerima
tentang lepas jabatannya Pak Anies. Seharian kemarian saya mengorek-ngorek
artikel tentang beliau. Duuuuh, banyak yang menyayangkan Pak Anies lengser dari
kementerian. Justru lebih banyak artikel yang berduka karena Pak Anies,
daripada artikel yang bersuka karena Prof Muhajir. Hmm, tapi tentu akan lebih
banyak artikel yang bersuka apabila Mbak Puan lepas jabatan, hehehe…
Kita memang tahu bahwa banyak
orang yang bersedih karena Pak Anies lepas jabatan, tapi tidak sedikit pula
yang akhirnya legowo dengan keadaan Pak Anies saat ini. Kemarin, meskipun saya
sudah membaca artikel yang legowo, ternyata saya belum legowo. Lalu, pagi tadi,
saya membaca sebuah puisi yang kece banget, bersumber dari facebook Islam Pos. Entah,
tulisannya siapa, yang jelas puisinya kece badaaaaaai…
Elegi Menteri Anies
Rabu 27 Juli tanpa Menteri Anies
Kurang alasan buatku menangis
Meski wartanya cukup mengiris
Hati dara-daranya kampus nan
manis
Ada pakar coba menganalisis
Kenapa engkau ‘dilepas’ sang sais
Walau piawai soal-soal visi
strategis
Menteri Anies lemah urusan teknis
Pak, mari lupakan urusan
birokratis
Nikmati senja Joja dengan teh
manis
Orang pintar tak patut mengemis
Apalagi bernas otakmu belum
terkuras habis
Selamat datang kesadaran, Menteri
Anies
Di negeri dengan persekongkolan
berlapis!
Pak, terbuang mengejutkan dari
kursi menteri
Bukan pertanda buruk kapasitas
diri
Mungkin buruk di kroni penguasa
negeri
Siapa sangka ini cara terindah
Rabb mencintai
Meninggikan kembali kejujuran,
harga diri
Tutup lembaran, Pak, sebagai
garda relawan
Turun… turunlah lagi saja di ranah
pergerakan
Dampingi anak-anak muda tulus di
kerja pelayanan
Memajukan sekolah anak negeri di
batas perjalanan
Kupinjam ujaran klise anak muda
sebelah:
“Pada masanya semua akan berakhir
indah”
Kalimat ini optimis dan doa
penghadir barokah
Pengiring engkau yang kelak duduk
memangku amanah
Saat tiba era memimpin negeri
yang tak jemu merekah
Insyaa Allah
Pesan Romantis Pak Anies
Ibu dan Bapak yang amat saya
hormati, kami sebangsa menitipkan persiapan masa depan Republik ini. Di sekolah
tampak hadir bukan saja wajah anak-anak, tapi juga wajah masa depan Indonesia. Teruslah
songsong anak-anak itu dengan hati dan sepenuh hati, ijinkan mereka menyambut
dengan hati pula. Jadikan pagi belajar, pagi yang cerah. Sesungguhnya bukan
matahari yang menjadikan cerah, tapi mata hati tiap-tiap anak, tiap guru yang
menjadikannya cerah.
We love you full Pak Anies
Kini Pak Anies akan kembali ke
ladangnya, ladang penuh barokah. Bekerja bersama para relawan, bukan dengan
para penikmat harta. Bekerja sepenuh hati, karenanya tulus mencintai.
Banyak hal yang saya pelajari dari
sosok beliau. Salah satunya tentang sikap menghadapi anak-anak, yaitu dengan
merendahkan fisik diri kita, lalu mengobrol dengannya. Sejujurnya, saya baru
tahu ilmu terapan itu, semoga bisa saya terapkan ketika menghadapi anak-anak Indonesia
dimanapun mereka berada.
Mari bersama kita tatap mata
anak-anak Indonesia, meyakini bahwa Indonesia akan menjadi indah di tangannya
kelak. Inshaa Allah..
Pesan Menggelitik dari Bang Tere Liye
Saya yakin, besok lusa, Pak Anies
Baswedan akan tetap berkarya bagi bangsa ini. Kita tidak perlu mencemaskan
seseorang dengan caliber seperti Pak Anies Baswedan, dia akan selalu punya
ladang pengabdian berikutnya, berikutnya, dan berikutnya lagi. Saya lebih
mencemaskan politisi yang hanya nebeng nama partai, keluarga, kutu loncat,
inkonsisten, dan sebagainya., yang besok lusa kalau partainya dilupakan rakyat
banyak, apakah dia tetap bisa eksis dan berkarya bagi bangsa ini. Itu baru
sebuah pertanyaan menarik.
Duh, Mbak Puaaaan…. Samean terlalu
kece mbak, hehe..
No caption (sumber gambar: http://www.merdeka.com/politik/meme-meme-lucu-reshuffle-kabinet-jokowi.html) |
Wassalammualaikum wr wb
Ochaaa, postinganmu kali ini touch hearted bangeeetttt. Kapaaannnn tulisanku bisa sekece kamuuuuu????
BalasHapusSungguh sangat layak menjadi seorang Ibu Direktur Unej mengajar. tetap istiqomah dalam memperjuangkan pendidikan yg lebih baik kak
BalasHapus