Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb...
Pagi ini saya melanjutkan postingan yang kemarin.
Dengan hati yang gembira, kami lanjutkan perjalanan menuju
SD yang kedua. Kami berdua tidak tahu SD mana yang harus kami datangi. Asal
petualang aja, begitu pikir kami. Kemudian kami mendapati sebuah SD marginal
yang berhak mendapat santunan ini, sayangnya libur. Kami pun lanjut mencari SD
yang lain.
Sampai akhirnya kami tiba di SDN Sumber Lesung 3. Halaman
sekolah ini tidak berpaving. Lantainyapun tidak berkeramik licin,
hanya menggunakan ubin lama. Jumlah kelasnya ada 6 lokal. Cukup gersang siiih,
hehe, kurang sejuk. Kami pun disambut oleh Ibu Kepala Sekolah yang baik hati. Kami masuk ke dalam sebuah ruangan berukuran 4 x 5 m. Ada kursi tamu
dan meja tamu, kemudian ada 2 meja guru di sisi kanan. Di bagian belakang ruangan
tersebut, ada meja kepala sekolah yang disekat oleh lemari. Nggak ada
mewah-mewahnya sama sekali.
Ketika kami memberikan seragam dan buku tulis, Ibu Kepala Sekolah mampu menggambarkan secara jelas kepada siapa bantuan ini diberikan. Rencananya, beliau akan melihat dan mencari-cari siswa yang seragamnya nggak ganti-ganti, begituuuu. Ide yang brilian!
Ketika kami memberikan seragam dan buku tulis, Ibu Kepala Sekolah mampu menggambarkan secara jelas kepada siapa bantuan ini diberikan. Rencananya, beliau akan melihat dan mencari-cari siswa yang seragamnya nggak ganti-ganti, begituuuu. Ide yang brilian!
Lanjut ke SD terakhir, yaitu SD Sumber Salak 2. Lokasinya
berbatu, gronjal-gronjal, arahnya menuju Gunung Raung. Partner saya, Mas
Holidi, sengaja menjadikan SD ini sebagai tujuan terakhir karena dia tahu
tempatnya, sekalian lewat jalan pulang. Dia bilang, SD ini sangat layak diberi
santunan. Tapi ketika sampai lokasi,
kesan saya ‘kok bagus ya?’. Halamannya sudah berpaving. Cat dinding kelasnya
juga bagus. Ruang gurunya berkeramik. Hmmm… tapi kalau dilihat-lihat, kayaknya
SD ini baru saja direnovasi. Soalnya kata Mas Holidi, dulu SDnya nggak kayak
gini. Yaudah, nggak papa, disyukuri saja, berarti SD ini mengalami perubahan
yang luar biasa. Alhamdulillah.
Kami disambut oleh Bapak Kepala Sekolah dengan tidak cukup ramah, hehe.
Mungkin dikira kami sales-sales yang menawarkan LKS kali yaaa. Kemudian kami
menyampaikan maksud kedatangan kami kesini. Eh, bapaknya masih aja nanya, “ini
dijual atau bagaimana?”
Wuuuw, menohok ulu hati saya. Akhirnya dijelaskan oleh rekan
saya secara jelas dan gamblang. Ternyata kepala sekolahnya agak koplak. Mungkin
pertanyaan tadi yang menohok ulu hati saya adalah sebuah pertanyaan untuk meyakinkan
tentang tujuan kami. Sepertinya memang masih jarang ada orang yang memberikan
seragam dan alat tulis menulis secara cuma-cuma, sehingga masih dianggap aneh
atau perlu ditanyakan lagi agar tidak salah duga.
Alhamdulillah, amanah dari pusat telah kami sampaikan dengan
baik dan lancar. Semoga perjalanan yang kami tempuh menuju SD-SD marginal
menjadi berkah tersendiri bagi kami. Semoga adik-adik yang nantinya akan
mendapatkan seragam dan alat tulis menulis menjadi semakin semangat pergi
sekolah untuk berproses meraih cita-citanya. Semoga guru-guru dan kepala
sekolah juga lebih aktif dalam mengelola sekolah dan murid-muridnya.
Lelah baaaang, hayati lelah, padahal saya cuma dibonceng,
duh ini kaki lelahnya nggak kuat. Apalagi yang nyetirin yaaa… Subhanallah…
Akhirulkalam… wassalamualaikum wr wb…
Posting Komentar
Posting Komentar