Konten [Tampil]
Perjalanan menuju Ijen masih ada lanjutannya looh... Yang belum baca persiapan-persiapan menuju Ijen, silahkan cek di sini aja.
dari Jember ke Kawah Ijen cuma segitu doang kok |
Sebenarnya, kami akan menempuh jarak yang cukup jauh apabila kamimelewati Bondowoso kota, tetapi berhubung mas Holidi alias Aa' menyarankan lewat jalan alternatif, minimal kami bisa menghemat waktu 1 jam di perjalanan.
Jalan alternatif ini melewati rumah Aa' di desa Pengarang dusun Lucu kecamatan Jambesari. Akhirnya kami mampir dulu di rumah Aa' untuk istirahat. Rumah Aa' memang sederhana, namun sangat nyaman bagi kami untuk melepas lelah. Kami disuguhi singkong bumbu balado yang baru saja diangkat dari penggorengan. Beuh, perut yang sedari tadi koar-koar, akhirnya bisa disumpel dengan cemilan lezat ini.
"Ayo dihabiskan. Kalau habis nanti tinggal nyabut singkong di pekarangan," kata Ibunya Aa'.
Saya, Devi dan Dewinta cuma senyum-senyum sambil ngabisin singkong balado...
Setelah sholat ashar, kami dipersilahkan untuk makan...
Alhamdulillah... kami mendapatkan rejeki yang mengenyangkan perut.
Sekitar jam 4 sore, kami meninggalkan rumah Aa' dan tancap gas menuju kawah Ijen.
Kami tidak menghitung berapa lama perjalanan yang kami tempuh. Kami sungguh menikmati pemandangan di kanan kiri kami.
Sampai akhirnya kami pun masuk ke kawasan yang kiri kanannya hanya pepohonan. Ya, kami mengendarai motor di atas aspal yang membelah hutan. Sekitar setengah jam kami melakukan perjalanan di tengah hutan.
Saya pun bertanya kepada Aa', "ini kapan sampainya?"
"Bentar lagi udah kawasan Ijen kok."
"Oo, oke..." semangat saya pun muncul lagi menanti kehadiran Ijen.
Subhanallah... pemandangan yang ada di sekitar kami sungguh indah. Saya, Devi dan Dewinta berteriak kegirangan melihat pemandangan yang luar biasa indahnya. Pengen rasanya berfoto di sana. Tapi Aa' bilang, "nggak usah buru-buru foto, pemandangan di atas masih banyak yang lebih bagus.."
Nggak berapa lama kemudian, akhirnya kami pun sampai di sebuah pos, yang ada tulisannya:
foto pinjam dari http://megawatyintan.blogspot.com |
Saya, Devi, Dewinta |
Saya pun bertanya kepada Aa' kira-kira itu gunung apa.
"Itu yang di tengah adalah gunung Raung, yang paling kanan nggak tahu namanya."
"Terus, yang kiri itu gunung apa a'?"
"Ijen."
"Hah? Ijen?!" Kepala saya seakan-akan mau pecah. Saya pikir gunung Ijen berada di balik bukit ini, lah ternyata kok masih juauh yaa? Yowes, ayo ndang capcus...
Kita langsung tancap gas menuju Ijen. Cukup jauh perjalanan yang kita tempuh. Jalanan sudah beraspal dan cukup mulus. Di sepanjang kanan kiri hanya ada perkebunan, terkadang pula kami melewati pemukiman penduduk. Beuh, keren banget dah.
Malam semakin larut, akhirnya kami berhenti sebentar untuk menunaikan ibadah sholat magrib di sebuah musholla. Di musholla tersebut, tak hanya kami berempat yang beristirahat sejenak, juga ada 4 orang cowok dari Malang yang juga melaksanakan kewajiban sholat magrib. Beuh, Dewinta dan Devi kesengsem sama cowok-cowok itu. Mata hati saya cukup ke Aa' aja yaa
Kemudian kami cuss menonton Jazz de Ijen. Awalnya, kami mengira bahwa Jazz de Ijen dilaksanakan di paltuding (area atas), ternyata enggak, karena lama kelamaan di perjalanan kami tidak menemukan adanya tanda-tanda Jazz de Ijen. Ternyata Jazz de Ijen ada di bawah, ya sudah kami turun ke bawah. Dan W-O-W Jazz de Ijen nya cukup mengejutkan. Bagaimana rupa Jazz de Ijen? Baca di sini.
saya bener2 terprovokasi nih baca serial Ijen, secara saya kan belum pernah kesana, selain itu saya pengin ngajakin anak2 kesana juga.
BalasHapuswah jangan jangan anarkis nih kalau udah terprovokasi
Hapusjazz-nya ada yang metal nggak?
BalasHapusWahahah bikin penasaran seperi apa rupa Jazz de Ijen
BalasHapusDitunggu loh hihihihii
singkongnya mana, wah aku tak kebagian.
BalasHapus