Konten [Tampil]
Lama tak berjumpa... Kali ini saya datang dengan menyambut para blogger dengan foto ini.
Oleh-oleh dari Gunung Ijen lalala~~~ |
Salah satu hal yang tak pernah terbayangkan di benak saya
adalah mendaki gunung. Suer. Ketika melihat sebuah gunung pada kalender,
televisi maupun membaca tulisan teman-teman yang pernah mendaki gunung, tak pernah
terlintas sedikitpun di benak saya untuk mendaki. Satu alasannya: tak ada
restu.
Orang tua saya khawatir ada hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi pada saya. Menurut mereka, berbagai spekulasi buruk akan terjadi pada saya jika saya
mendaki gunung. Ibu saya nggak pernah keluyuran sampai ke gunung. Ayah saya 2
tahun belakangan ini touring bersama teman-teman motor clubnya pergi ke gunung
Ijen dan gunung Dieng. Lah saya? Hanya mendengar kisah orang-orang tentang
sensasi penaklukan sebuah gunung.
Hari Kamis tanggal 6 November yang lalu, mas Holidi mengajak saya pergi ke Ijen. Tawaran itu hanya saya anggap angin
lalu. Rasa-rasanya mustahil saya pergi ke sana.
Mas Holidi merayu lagi, “ada acara Jazz
de Ijen tanggal 15 November di Ijen.”
Wow. Jazz? Boleh tuh… Datang ke Ijen minggu depan, mumpung
ada event. Kan jarang-jarang ada event jazz di gunung Ijen.
“Tapi a’, aku nggak mau kesana kalau cuma berdua.”
“Ya kamu ajak teman-temanmu.”
Memangnya teman-teman saya mau mendaki gunung Ijen? Melihat
kenyataan bahwa teman-teman saya terbuai dengan hiruk pikuk kota Jember.
Akhirnya saya woro-woro ke teman-teman sekelas. Banyak pro
dan kontra. Yang pro banyak. Sedangkan yang kontra lebih banyak lagi. Pokoknya yang
cus banget buat berangkat adalah Devi sama Dewinta. Rencananya mereka bakalan gantian
menyetir motor apabila salah satu di antara mereka capek. Sedangkan teman-teman
lain kowar-kowar nggak jelas.
Rencana teman-teman untuk ke Ijen berbeda dengan rencana si
Aa’. Maunya, teman-teman berangkat hari Jumat, lalu ke Ijen melalui Banyuwangi.
Pengennya naik ke puncak, tapi bermalam di SItubondo.
Kata Aa’, “lah laopo iku ruwet-ruwet cek adohe…” (lah
ngapain itu ribet-ribet jauh banget)
Saya pun woro-woro ke teman-teman, kalo planning pacar saya
adalah
1. Mampir ke rumah Aa' di bondowoso buat ngambil sleeping bed
2. Nonton Jazz de Ijen
3. Naik ke puncak melihat blue fire di kawah Ijen
4. Mampir ke Kawah Urung sekalian foto-foto
5. Berendam di pemandian air panas
6. Mampir ke air terjun dan foto-foto
7. Mampir ke kebun strawberry
8. Mampir ke rumah Aa' buat istirahat
Ketika
Devi bertanya, “Kak Ros, ndak po-po tah nek arek-arek melu padahal onok pacare Kak
Ros?” (Kak Ros, nggak pa-pa kah kalo teman-teman ikut padahal ada pacarnya Kak
Ros?)
“Nggak
pa-pa, malah masnya yang nyuruh.”
Melihat
keadaan sekitar yang semakin runyam nggak jelas, Dewinta menyimpulkan, “Koyoke
iki arek-arek omong dobol. Koyoke iki seng budal mek titik. Nek emang sido Dev,
koyoke seng budal iki mek wong papat” (Sepertinya teman-teman Cuma omong
kosong. Sepertinya yang ikut Cuma sedikit. Kalau emang jadi Dev, sepertinya
yang berangkat Cuma orang empat.)
“Arek-arek
iki bingung praktikum koyoke…”
“Kak
Ros, nek onok praktikum pancet budal?” tanya Devi
“Iyalah,
kan praktikumnya pagi. Berangkatnya siang atau sore.”
“Berarti
Kak Ros fix ikut?”
“Iya,
hehe..”
“Nek
awakdewe melu Kak Ros ndak po-po?” (Kalo kita ikut Kak Ros nggak pa-pa?) tanya
Devi.
“Nggak
pa-pa, lahwong disuruh ajak teman, biar seru.”
“Oke
fix. Berarti Dev, dengan atau tanpa praktikum kita tetap berangkat ke Ijen.
Setuju?” kata Dewinta.
“Setuju!”
Yowes,
ayo cari teman yang lain, mungkin aja mau ikut.
Jumat
pagi tanggal 14 November, tung-hitung-hitung ternyata teman-teman yang akan
ikut ke Ijen berjumlah 7 motor atau 7 pasang. Lah semakin lama semakin menyusut
jumlah orang yang berminat ke Ijen. Ada yang nggak fit, ada yang nggak nemu
motor, ada yang butuh pasangan, ada yang sekedar berharap dan ada pula yang
sekedar omong kosong.
Jumat
sore, saya-Devi-Dewinta mengadakan rapat mendadak di kosannya Dewinta. Membicarakan
tentang apa-apa yang akan dibawa serta siapa saja yang akan ikut. Pokoknya,
segala barang yang dipersiapkan diumumkan via bbm dan facebook. Konfirmasi paling
lambat hari Sabtu jam 7 pagi via bbm di grup Fis KU 13.
Lah
njilalah, seperti yang diduga sebelumnya, yang berangkat ke Ijen Cuma 2 motor
alias 4 biji. Yo wes ndak po-po, seng penting budal cuuus…
Bagaimana
kelanjutan cerita perjuangan cewek-cewek perkasa menaklukkan gunung Ijen? Ikuti
kisah selengkapnya disini… okkeh?
Wassalammualaikum wr wb...
Mbak ada yang kurang, gimana caranya ke Ijen, saya minta infonya nih, penting
BalasHapusok siip banget mbak
Hapuskak ros, upin ipin gak dijak?
BalasHapussekali-sekali memang perlu juga ke gunung mbak....buat menghilangkan penat pikiran dan kebosanan. itulah ya....kalau di jawa banyak gunungnya. kalau dikalimantan tidak ada gunung, yang ada hanya bukit. jadi kalau refreshing kebanyak malah kehutan berburu.....kalau tidak ya nyari tempat sendiri diantara lebatnya pepohonan dan bau tanah yang menyengat harumnya. ok makasih sudah menginspirasi buat pengembaraan berikutnya. salam sahabat blogger.
BalasHapusHalo Mbak Ocha, Assalamu'alaykum
BalasHapusSejak Bulan Mei lalu mau main ke Ijen tidak jadi terus nih... Lalu sekarang mupeng lagi karena baca tulisan ini. Yah... pokoknya harus ke sana.
anyway, salam kenal ya Mbak :)