Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb
Hari Jumat, tanggal 29 Agustus,
ada first meeting di kantor Garwita. Seluruh pengajar Jail Schooling datang
menghadiri acara yang dipandu oleh pemilik kantor Garwita. Beliau, sebagai pembicara
(dalam skala kecil) menceritakan sejarah dan segala hal mengenai Jail
Schooling.
Jail schooling adalah program
yang digagas oleh teman-teman PKL dari Jurusan Psikologi Universitas
Muhammadiyah Jember yang digawangi oleh mas Rudy, mas Lutfi, mbak Tri, mbak
Septa dan yang satu lagi nggak tahu namanya. Merekalah yang akan memantau
kinerja kami selaku pengajar di Jail Schooling.
Kegiatan ini akan berlangsung di
Lapas dengan jumlah pengajar 9 orang, padahal sejauh ini muridnya cuma 7. Kami
sebagai pengajar akan mengajar sesuai dengan bidang kami masing-masing. Ada
mata pelajaran bahasa Indonesia (2 pengajar), bahasa inggris (2 pengajar),
matematika (2 pengajar), ekonomi, sejarah, biologi dan fisika. Jelas saja saya
akan mengajari mereka fisika. Dari pihak Garwita sendiri menginginkan kami
melaksanakan materi kelas X kurikulum 2013. Tapi apa mungkin materi fisika
kelas X seperti vector, gerak melingkar beraturan, percepatan sentripetal,
hukum ohm dan sebagainya akan nyantol di kepala mereka?
“Why?” sungguh menjadi tanda
tanya besar buat saya. Ya saya tahu tentang arti profesionalisme. Yang saya
herankan, memangnya seperti apa mereka kok sampai-sampainya kami akan jatuh
hati kepada mereka?
Satu jam berlalu, kami semua
berangkat ke Lapas guna perkenalan pengajar baru untuk murid-murid Lapas.
Lapasnya ada di alun-alun, cukup jauh dari kantor Garwita. Saya ke alun-alun
dibonceng mas Luky. Dalam perjalanan, mas Luky juga mewanti-wanti. “Nanti kalo
anak-anak Lapas minta nomor handphonemu, jangan diberi. Beri aja nomor
telponnya garwita.”
“Iya, mas,” jawab saya tanpa
bertanya “kenapa?”
Karena saya sudah tahu
jawabannya. Alasannya sudah disampaikan saat meeting di Garwita. Anak-anak
Lapas suka iseng. Kalo dapat nomor handphonenya mbak-mbak, pasti dismsin.
Mereka memang iseng banget.
Iya, saya tahu apa yang
teman-teman blogger pikirkan. “Memangnya di Lapas boleh bawa handphone?”
Hmm… asal tahu sama tahu saja ya…
(tapi jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia umum). Di Lapas, mereka memang
membawa handphone, padahal kita tahu bahwa tidak diperbolehkan membawa alat
komunikasi di Lapas. Tapi… sipirnya bawa handphone… nah loh?
Ya sudah… rahasia umum ini jangan
disebarluaskan. Baca saja tulisan ini, tapi nggak usah kowar-kowar kemana-mana.
Oke?
Sesampainya di Lapas, kami pun
masuk ke sebuah gedung tua berarsitektur Belanda. Baru masuk Lapas, kami
dihadang oleh sipir-sipir. Kami diwajibkan menyerahkan tanda pengenal dan
menggunakan id card tamu. Sipir-sipir siang ini sangat ramah, nggak seperti
biasanya yang kadang pengajar (yang harus mengajar pun) nggak boleh masuk.
Saya mulai masuk menuju Lapas
dalam. Ada tahanan yang sedang berlalu lalang, ada yang bertato, ada yang
sedang pakai baju koko + sarung, ada yang asyik main gitar, ada yang asyik
ngobrol sambil merokok dan masih banyak lainnya. Saya merasa, tulisan-tulisan
Ariel yang ada di buku “Kisah Lainnya” memang benar adanya. Persis sama. Pun
ada orang yang teriak-teriak minta pulang.
Lokasi mengajar kami adalah di
Lapas anak-anak kelas 1C. Kami pun masuk ke sebuah ruangan berukuran 5 x 6
meter. Disana tidak ada kasur, melainkan matras yang digelar seadanya dengan
jumlah yang seadanya pula. Matras-matras tersebut digelar di lantai yang lebih
tinggi (50 cm) daripada lantai dasar, beralaskan tikar warna biru.
Kami selaku tamu, duduk di lantai
dasar bersama para penghuni tahanan. Di ruangan itu tidak ada kursi maupun
meja. Kalau mau duduk ya diperbolehkan duduk di lantai dasar ataupun di lantai
yang lebih tinggi (saya menyebutnya dipan semen). Di pojok ruangan terdapat
kamar mandi untuk para tahanan kelas 1C. Di sebelah kamar mandi ada lemari
kecil berukuran 40x50x60 cm berjumlah 6 buah. Dinding tahanan banyak ditempeli
kertas. Kertas yang ditempel adalah yang bergambar artis-artis cewek. Tak hanya
artis cewek yang menghiasi dinding ruang tahanan kelas 1C, juga ada gambar
Ronaldo yang giginya diwarnai hitam. Saya, kalau melihat gambar Ronaldo dengan
gigi yang gigis, beuh ketawa nggak berhenti-henti.
Sejak semingguan yang lalu, yang
saya bayangkan adalah saya mengajar di sebuah ruangan yang ada bangku dan papan
tulis layaknya sekolah pada umumnya. Eh, njilalah, ternyata di ruangan ini
semua aktivitas dilakukan. Sangat tidak layak jika mereka diharuskan belajar di
tempat seperti ini.
Para penghuni tahanan kelas 1c
terdiri dari 7 orang laki-laki. Mereka berhadapan dengan kami selaku para
pengajar yang berjumlah 9 orang. Sebagai orang baru di mata mereka, kami pun
memperkenalkan diri kami masing-masing.
Jauh-jauh hari, salah satu hal
yang saya nantikan adalah perkenalan mereka.
Muhammad Anis Sodiqin. Paling
cakep. Paling pinter. Paling alim. Beuh, seger kalo liat wajahnya. Pantas saja
tadi di Garwita, pembicara mewanti-wanti agar tidak jatuh hati kepada anak
Lapas. Dia berada di lapas karena tersandung kasus cewek. Pacarnya yang
sekarang sudah menikah dengan orang lain, kini sedang hamil 7 bulan.
Muhammad Halik. Paling gede.
Paling putih. Paling pemalu, tapi sering
berbicara. Kalo berbicara, lucu, karena dia terlalu pemalu. Dia juga tersandung
kasus cewek. Dia menjadi ketua kelas saat pelajaran Fisika.
Arifin. Nama lengkapnya Zainal
Arifin. Paling jelek. Paling hitam. Hitam banget. Jarang ngomong. Dia pendiam.
Dia menjadi bahan bullyan teman-temannya, tapi bukan bully secara fisik,
melainkan secara lisan. Tapi si Arifin diam-diam aja, malah senyam-senyum
doang. Dia masuk lapas karena kasus curanmor.
Riki Ahmad Diansyah . Paling
tinggi. Lumayan cakep, tapi bukan selera saya. Wajahnya putih, tapi nggak
alami. Saya rasa, dia agak sakit jiwa, nggak tau lagi sih, kayaknya dia pernah
nyoba narkoba. Kalo ketawa, semua giginya kelihatan, bahkan gusinya pun
kelihatan. Dia terkena kasus cewek.
Faisal. Wajahnya biasa aja. Dia
paling kecil, mungkin juga paling muda. Dia tidak terlalu banyak bicara
daripada teman-temannya. Dia terkena kasus cewek.
Fajar. Cakep. Kulitnya sawo
matang. Kayaknya dia baru masuk SMA, lalu tersandung kasus cewek. Kalau pagi
sampai siang, dia kerja di dapur umum.
Wahyu Candra. Cakep. Kulitnya
sawo mentah. Dia terkena kasus cewek. Kalau dia ditanya, “kena sanksi berapa
bulan?” dia akan menjawab “25 tahun”. Kalau ditanya lagi, “emangnya kasusmu apa
kok sampai 25 tahun?” dan dia akan menjawab, “Kasus korupsi.” (ini Cuma bercanda)
4 dari 7 penghuni lapas kelas 1c,
memang cakep-cakep. Saya nggak bohong. Jika dibandingkan dengan teman-teman
cowok seangkatan saya, palingan yang cakep Cuma 2 dari 10 orang. Jadi,
kesimpulannya ternyata masih lebih cakep anak-anak Lapas.
Tetapi, sebagai pengajar yang
baik dan professional, saya tetap menghargai posisi mereka dan tidak
mengistimewakan mereka layaknya pasangan. Mereka tetap adik-adik saya yang
salah gaul sehingga mereka terdampar di sini.
Bertemu mereka pertama kali,
merupakan pengalaman berharga yang saking berharganya bahkan tak ternilai
harganya. Masuk ke Lapas, lalu berhadapan dengan mereka, bercengkerama dan
mengenal mereka lebih dekat.
Kalau dari saya pribadi, berharap
agar ketika saya dan teman-teman berada di sini, dapat membantu meringankan
beban mereka yang selama ini terkungkung di balik jeruji besi. Ketika kami
datang, mereka bersekolah, saya yakin bahwa mereka sangat merindukan masa-masa
sekolah yang indah. Beruntunglah kita yang bersekolah dengan senyum ceria dan
tawa bahagia.
Sekian postingan saya kali ini
yang menceritakan tentang gambaran awal murid-murid saya di Lapas. Insya Allah,
postingan saya selanjutnya akan menceritakan tentang pengalaman pertama saya
mengajar di hadapan mereka.
Wassalammualaikum wr wb
Wah, semangat yaa. \:D/
BalasHapusgue belum pernah masuk lapas, sih. Jadi gak tau kondisi di dalem gimana. Anggap aja tantangan harus ngajar di ruangan tanpa kursi dan meja dan papan tulis. Yang penting... jangan naksir sama orang lapasnya. \:p/
semangat yang hebat
Hapusasyiik, ini tantangan keren.
BalasHapuspokoknya ambil pengalaman sebanyak mungkin selagi muda.
cerita di lapas ini bakalan bikin kangen kelak.
Syukur ALhamdulillah sudah berlangsung damai ya tatap muka perdananya di Lapas anak anak. Tapi ngemeng ngemeng itu kok ada dua Kulit sawonya ya. Satu Cakep. Kulitnya sawo matang, dan satunya lagi Cakep. Kulitnya sawo mentah. HEIhiehiheihee
BalasHapusWah hebat bisa ngajar masuk lapas..serem kedengerannya..
BalasHapusTapi kok ada yg cakep..:)
sebuah pengalaman yang takkan mudah untuk dilupakan menjadi pendidik bagi penghuni Lapas, karakter yang menurut awam keras, yakin bakalan takluk kalau sama seorang pendidik mah, apalagi kitanya manis dan murah senyum...bisa jadi ada yang kepincut sama bu gurunya deh...:D
BalasHapuswah pintu lapasnya keren ya mbak
BalasHapusbtw kasus cewek maksudnya gimana itu mbak
selamat mengajar mba, kan muridnya cakep cakep hihi
Awesome
BalasHapusAku nggak pernah kepikiran deh bakal bisa masuk lapas dan ngajar mereka
Kamu hebat banget cha
inspiring
Owh, pantesan pernah ada penghuni lapas yang bisa email aku, ternyata bisa bawa HP ya, hihihi. Sssst...
BalasHapuswell.. kenapa kebanyakan kasus cewek? tapi cocok tuh kalo mereka dikurikulum. biar gak mikirin cewek trus ... :)
BalasHapus