Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb
Hari ketiga pada bulan September merupakan hari pertama saya
mengajar di tempat ekstrim, yaitu Lapas. Agendanya: pukul 14.00 – 15.30 mata
pelajaran Sejarah, lalu pukul 15.30 – 16.00 mata pelajaran Fisika. Mata
pelajaran Sejarah dihandle oleh mbak Rinda, sedangkan Fisika dipegang oleh saya
sendiri.
Kami tiba di Lapas beberapa menit sebelum jam 2 siang. Kami
ditemani oleh beberapa kawan dari kampus tetangga, yaitu mas Lutfi, mbak Tri,
dan mbak Septa. Mereka adalah mahasiswa yang sedang PKL (Praktek Kerja
Lapangan) di Garwita (kantor bersama Lembaga Hukum Masyarakat). Setahu saya, Jail Schooling ini digagas oleh teman-teman PKL fakultas psikolog Universitas
Muhammadiyah Jember. Mereka menginisiasi berdirinya Jail Schooling di Lapas
anak-anak kelas Ic.
Sesuai waktu yang telah ditentukan, kami pun memasuki Lapas.
Kami berlima berjalan menuju lapas kelas 1c dengan ditonton para tahanan Lapas
yang sedang berlalu lalang di sekitar kami. Agak ngeri memang, tapi yaa mau
gimana lagi, saya dan kawan-kawan harus segera bertemu dengan anak-anak Lapas
binaan kami.
Ketika kami masuk ruangan kelas 1C, terlihat anak-anak Lapas
yang sedang menikmati kesibukannya, yaitu merokok dan ngopi. Saya, yang anti
banget dengan rokok, mau nggak mau harus betah dengan asap rokok. Memang sih,
ketika kami berada di lapas 1C, mereka menghargai kami dengan membuang rokok.
Tapi kadangkala mereka merajuk agar menghabiskan rokoknya dulu. Haduuuh,
asapnya itulooooh…
Mbak Tri, sebagai mahasiswa yang bertubuh paling besar dan
sangat diingat oleh teman-teman Lapas, memberi kabar tentang pelajaran yang
akan ditempuh oleh anak-anak Lapas hari ini, yaitu sejarah dan fisika. Duh,
ketika mereka mendegar kata “fisika”, anak-anak Lapas langsung mengeluh. Saya langsung pusing, “baru dengar kata fisika, semangat belajar langsung kendor.”
Mungkin di mata mereka, fisika itu menyeramkan kali ya?
Pelajaran pertama adalah pelajaran sejarah yang akan
dibawakan oleh mbak Rinda. Karena hari ini masih pertemuan pertama, maka yang
diajarkan mbak Rinda adalah materi tentang apa itu sejarah?
Ketika mbak Rinda bertanya, “menurut kalian, sejarah itu
apa?”
Proses pembelajaran di Jail Schooling |
Pertanyaan tersebut ditanyakan satu persatu kepada anak-anak
Lapas dengan berbagai susunan kata yang menarik, tapi tetap saja nggak ada yang
mau menjawab. Akhirnya, pada putaran kedua, Halik menjawab, “yaa menurut saya…
maaf kalo salah ya mbak… soalnya saya juga nggak tahu… Kalo menurut saya mbak,
sejarah itu tentang masa lalu... itu sih menurut saya…”
Haduuuh, mau menjawab pertanyaan sederhana seperti itu lah
kok ribet tenan toh. Muter-muter ndak karuan.
Ketika pelajaran Sejarah berlangsung, saya merasa bahwa
anak-anak Lapas kurang aktif, entah kenapa. Mungkin karena interaksi antara
mbak Rinda dengan anak-anak Lapas dirasa kurang. Duh, apalagi Riki, yang
ditanya berulang kalipun, tidak pernah sekalipun mengeluarkan kata-kata. Riki
menjadi catatan penting buat saya. Bagaimanapun caranya, nanti ketika saya
mengajar, Riki harus mau berbicara.
Pelajaran kedua adalah fisika yang dibawakan oleh saya
sendiri. Ehem, sebagai pengajar baru, saya merasa dag dig dug ser. Ndredeg bos!
Saya gugup, sampai-sampai saya tidak tahu harus berbicara apa.
Hal yang pertama saya lakukan adalah perkenalan.
Hal kedua yang saya lakukan adalah berinteraksi dengan
mereka, menjadi kawan mereka, dan bukan menjadi guru mereka. Saya ingin menjadi
kakak atau teman yang usianya nggak beda jauh dengan mereka. Seperti yang saya
bilang sebelumnya, mereka adalah adik-adik saya yang salah gaul sehingga
terdampar di tempat seperti ini.
Materi yang saya ajarkan adalah Besaran dan Pengukuran.
Submateri yang sudah saya siapkan antara lain besaran (pokok-turunan), satuan,
alat ukur dan angka penting. Saya menjelaskan materi-materi tersebut dengan
semangat juang 45, penuh kasih sayang dan diselingi dengan tawa bahagia.
Riki, murid yang berjamper kuning, yang telah saya catat
dalam benak saya untuk membuat dia mau ngomong, akhirnya mau ngomong juga.
Tanpa saya pinta pun, dia bertanya cukup banyak. Anak-anak Lapas yang lain juga
semangat ketika saya adakan tanyajawab secara langsung. Saya merasa mereka
nyaman dengan saya, karena saya cukup intens berinteraksi dengan mereka karena
di sisi lain saya juga humoris.
Namanya saja anak Lapas, mereka suka rame saat pelajaran
berlangsung. Bukannya rame kayak pasar, tapi sering berceletuk. Adaaa aja yang
dibahas. Masalahnya, mereka kalo ngobrol pake bahasa Madura, sedangkan saya
belom paham sama sekali mengenai bahasa Madura. Bahasa Madura yang saya tahu
hanyalah arapa dan njek.
Ketika ada tahanan lain lewat depan lapas 1c hanya untuk
melihat anak-anak belajar, dan si tahanan teriak-teriak dari luar, beuh masih
aja dipeduliin. Iya, jadinya di kelas ada acara sahut menyahut dan penyakit itu
menular ke anak-anak lapas lainnya yang sedang konsentrasi belajar. Haduuuuh,
tak jarang saya menegur mereka untuk fokus belajar.
Sebagai mahasiswa semester 3 yang minim pengalaman, saya
tidak begitu tahu tentang metode dan model pembelajaran apa yang harus saya
terapkan ketika mengajar di hadapan anak-anak Lapas.
Pada pertemuan ini, saya menggunakan metode ceramah. Tapi
nggak ceramah full, melainkan juga ada tanya jawab sebagai bentuk interaksi
antara saya dengan mereka. Untuk materi alat ukur, saya hanya bisa memberikan
mereka masing-masing selembar kertas bergambar macam-macam alat ukur.
Sebenarnya ingin sekali saya menunjukkan kepada mereka tentang mikrometer
sekrup, neraca pegas dsb. Tapi apa daya barang-barang itu mahal dan tidak
mungkin laboratorium fisika kampus bersedia meminjami saya alat ukur fisika
tersebut.
Menjelang pukul 4 sore, kami bersiap untuk pulang. Saya dan
pengajar lain akan datang lagi dengan ilmu baru untuk anak-anak Lapas yang kami
banggakan.
Secara pribadi, saya merasa bahwa saya tidak begitu sukses
memberikan materi pada pertemuan pertama ini. Iya, dari segi materi, saya
kurang persiapan. Namun, saya merasa bahwa saya cukup sukses untuk mengambil
hati mereka dengan cara berinteraksi. Iya, mengajak mereka guyon, terkadang
menyelipkan bahan guyonan di sela-sela pemberian materi.
Yang saya sadari, saya tidak merasa cukup puas hari ini.
Saya harus datang lagi Rabu depan, bertemu mereka dengan persiapan yang harus
lebih matang lagi.
Ohya, di akhir postingan, sekalian saya ingin menjawab
pertanyaan dari Kang Asep mengenai peran saya dan teman-teman di Jail
Schooling. Kami di sini berperan sebagai pengajar sesuai bidangnya
masing-masing. Iya, kami dapat honor, 20.000 setiap tatap muka (1 tatap muka
setiap minggu). Saya pribadi, tanpa dibayarpun, saya tetap mau mengajar di
Lapas. Swear!
Wassalammualaikum wr wb.
Semangat ocha!
BalasHapusInsya Allah banyak banget manfaat yang diperoleh para tahanan. Dan banyak juga pahala yang ocha dapet dari Allah SWT :)
Semoga!
HapusJangan nyerah di tengah ya cha.
Semangat terusss sampai selesai.
Aminn :)
ya siip, teruskan. meski honor 20 ribu seminggu, meski ggak dibayarpun, itu sangat mulia. bakalan jadi tinta emas di hati anak-anak didik yang merindukan ilmu pengetahuan. teruskan dan semangat, disini kami selalu mendoakan semoga sukses.
BalasHapustapi ingat, jangan keceplosan di sana, malah ntar dikasih pelajaran bagaimana teknik melompati dinding yang baik.
BalasHapusmelompat...ko' fisika ya?
Hapuskenapa bukan matematika sih :D
Sungguh pegalaman yg luar biasa mbak ocha. Smg dpt mjd penerus bob foster. Amin.
BalasHapus