Konten [Tampil]
Tadi sepulang sekolah, temen-temen pada membayar uang pendaftaran untuk URC (underwater robot contest) dan nyicil mbayar display board. Deuh, nih dompet berasa tebel dan pengen beli dompet lagi. Tapi uang siapa yang mau aku pake? Apa aku harus korupsi untuk mendapatkan dompet idaman? Ah, neraka sudah menunggu jika aku melakukannya.
Belum lagi aku tertumpuk uang mading 500.000 yang baru dikasih dari sekolah. Makin stres ngehadepin duit banyak yang bukan milik diri sendiri. Aku langsung ngambil uang 100.000 dan ngasih ke Dimas untuk membayar uang pendaftaran lomba dan sekalian transport untuk mendaftar. Jadi, aku cuma megang uang 400.000 untuk mading.
Dan sialnya, saat sampai di rumah jam setengah 5 sore, mendadak aku dibingungkan oleh duit 400.000 yang "kemana hilangnya?" Apa aku kasihkan ke Dimas semua? atau ketinggalan di kelas? Yang bener aja, sekolah jam segini udah pada diborgol. Huh, aku obrak-abrik semua buku-buku dan semua kertas yang ada di dalam map dan semua yang berada di dalam tasku. Tapi hasilnya nihil.
Resah dan gelisah. Kemana perginya nih duit orang? Aku nggak akan sanggup ganti duit segitu banyaknya. . .
aku cari lagi. aku cari lagi. Ada niat buat manggil doraemon. Tapi dimanakah toko yang menjual doraemon? fiuh. . .
aku cari lagi. ternyata ada di dalam kotak pensilku. Fiuh, akhirnya aku nggak jadi kehilangan duit, hehe.
Cerita kehilangan duit nggak nyampe sini aja. Baru aja kehilangan duit mading dan menemukannya, eh sekarang malah duit robotika yang kurang. Aku menghitung semua pemasukan dan duit yang ada. aku juga ngitung pengeluaran. Tapi lah kok kurang?
Kurangnya sekitar 90.000 pula.
satu yang ada di pikiranku: "apa aku korupsi ya?"
masya Allah . . . linglung seketika aku. Aku nggak mau jadi koruptor. Aku dipercaya oleh teman-teman sebagai bendahara, bukan sebagai koruptor.
aku pun berjalan pasrah ke kamarku. Mungkin uang tersebut aku pinjam dulu lewat uang mading. Tapi ini berarti aku mencampur semua duit? Oh no ! ! !
Aku tertunduk lesu saat aku duduk di meja belajarku. Lalu entah kenapa tiba-tiba tanganku meraih celenganku dan membukanya. Oh God! ada uang 150.000 di dalamnya. Alhamdulillah. . .Fiuh. . . akhirnya nggak jadi pinjam uang ke mading. . .
Nah, itulah dukanya jadi bendahara. Kita harus siap megang uang banyak, harus siap kehilangan uang, harus siap nombok jika uang yang diperlukan kurang, harus rutin nagih uang, harus mengingat semua duit yang masuk dan keluar, harus membuat pembukuan secara rapi dan nggak boleh dikorupsi.
Nah, sukanya jadi bendahara adalah aku jadi deket sama temen-temenku . . . hehe. . .
Ambil hikmahnya aja Ocha, bisa buat latihan entar didunia kerja pegang uang yang jauh lebih banyak hahahha...
BalasHapusyup, integrity is the most important... :)
BalasHapus